Dari Repoq Literasi: Dialog Intelektual Generasi Sasak - www.okenews.net

Jumat, 21 November 2025

Dari Repoq Literasi: Dialog Intelektual Generasi Sasak


Oleh: Amaq Pupu
- Founder Repoq Literasi

Menjelang senja (Kamis, 20/11/2025), Repoq Literasi - Lombok Timur perlahan berubah menjadi ruang yang lebih hangat dan hidup. Cahaya keemasan matahari merayap melewati sela-sela pepohonan, memantulkan bayangan lembut di dinding bambu yang sederhana. Di kejauhan, suara burung-burung yang bersiap pulang terdengar samar, seolah menjadi musik pengantar bagi percakapan-percakapan intelektual mengupas pengetahuan Sasak dalam konteks kekinian.

Di tengah suasana itu, tiga kandidat doktor; seorang dari bidang Bimbingan Konseling yang sedang menyusun disertasi tentang Konseling Remaja Berbasis Kebudayaan; seorang lagi dari Sosiologi, dan bidang pariwisata yang saat ini sedang belajar di Australia. Datang dengan langkah yang pasti namun tetap rendah hati. Ketiganya membawa aura akademik yang merayap perlahan, seperti angin sore yang menyingkap lembaran-lembaran buku tua. Mereka tidak sekadar hadir sebagai tamu, tetapi sebagai penjaga gagasan yang mencoba merawat pengetahuan lokal agar tetap relevan.

Kehadiran kandidat doktor di Australia itu menambah warna berbeda dari cakrawala global yang bertemu dengan akar budaya lokal. Wawasan yang dibawa terasa seperti angin laut dari negeri jauh, memberi perspektif segar pada diskusi tak terencana itu. Pada akhirnya saya merasakan keadaan Repoq Literasi sore itu berbeda dari hari hari sebelumnya.

Kesederhanaan Repoq Literasi berubah menjadi ruang ilmiah yang intim, tempat gagasan tentang budaya Sasak, bimbingan konseling, sosiologi, dan pariwisata saling menjalin seperti anyaman tradisional. Meski dengan tanpa aroma kopi, percakapan tumbuh dari serat-serat kuno yang digali ulang hingga semangat kekinian yang ingin memaknai ulang pengetahuan bangsa Sasak di tengah dunia yang terus bergerak.

Di bawah cahaya senja yang kian meredup, Repoq Literasi menjadi pertemuan antara tradisi dan intelektualitas, antara masa lalu dan masa depan, antara lokal dan global. Sore itu, Repoq Literasi bukan hanya ruang diskusi—melainkan panggung kecil tempat ilmu, budaya, dan semangat generasi pencari pengetahuan bertemu dalam keheningan yang syahdu.

Repoq Literasi dengan tanpa sengaja menjadi  sebuah forum intelektual yang unik, lintas disiplin, dan sarat muatan kebudayaan. Kegiatan tersebut mempertemukan dua kandidat doktor Bimbingan dan Konseling berbasis kebudayaan, seorang kandidat doktor yang sedang menulis kearifan lokal etnis Sasak sebagai pengutan karakter kebangsaan, serta seorang kandidat doktor bidang pariwisata dalam satu ruang dialog bertema “Dari Serat Kuno ke Semangat Mengungkap Seperangkat Pengetahuan Bangsa Sasak dalam Konteks Kekinian.”

Kegelisahan bersama muncul dari kesadaran bahwa serat kuno, lontar, dan manuskrip tradisional Sasak bukan hanya memuat nilai estetika atau religius, tetapi merupakan arsip pengetahuan kolektif, memotret cara berpikir, struktur sosial, sistem penyembuhan, moralitas, hingga mekanisme resolusi konflik masyarakat masa lampau. Serat-serat tersebut, seperti Serat Menak, Serat Puspa Krama, Serat Babad Lombok, Medang dan termasuk pula Anjarwali hingga teks-teks petuah lokal, menjadi pintu masuk memahami etos orang Sasak yang dengan kesabaran dan keteguhan serta penghormatan pada harmoni sosial.

Dalam diskusi tersebut, kandidat doktor Bimbingan Konseling memaparkan bagaimana kearifan lokal itu dapat diterjemahkan menjadi pendekatan konseling yang lebih kontekstual. Mereka menyoroti bahwa praktik konseling modern sering kali mengabaikan bahasa simbolik yang hidup dalam tradisi Sasak, padahal nilai-nilai dalam serat kuno dapat menjadi modal terapi berbasis budaya. Mulai dari konsep keseimbangan batin, relasi antar individu, hingga teknik penyembuhan tradisional yang sarat makna psikologis.

Sementara itu, kandidat yang saat ini mendalami kearifan lokal etnis Sasak tersebut menghadirkan analisis serat kuno berfungsi sebagai perangkat ideologi dan pengatur sosial. Ia menekankan bahwa teks-teks tradisional tersebut telah membentuk social imaginary masyarakat Sasak, dan di era kekinian, pemaknaan ulang terhadap serat itu dapat membantu menjawab persoalan modern seperti perubahan nilai keluarga, urbanisasi, dan krisis identitas generasi muda.

Kontributor lain, kandidat doktor bidang pariwisata tersebut mengaitkan pengetahuan tradisional dalam serat kuno dengan strategi pengembangan pariwisata berkelanjutan. Menurutnya, narasi budaya yang bersumber dari manuskrip tua dapat diangkat menjadi bentuk interpretasi wisata budaya yang lebih kuat, bukan sekadar atraksi permukaan. Ia menekankan pentingnya cultural storytelling yang bersandar pada sumber otentik agar pariwisata tidak tercerabut dari akar pengetahuannya.

Diskusi ini kemudian memunculkan gagasan bahwa Sasak sesungguhnya memiliki “korpus pengetahuan” yang utuh—sebuah epistemic heritage—yang dapat ditransformasikan menjadi sumber belajar, metode penyuluhan, rekonstruksi sosial, serta penguatan sektor budaya dan pariwisata.

Sementara itu, bagi saya pribadi yang kebetulan pernah belajar Tentang Bimbingan dan Konseling yang sangat suka dengan segala hal yang berhubungan dengan Kebudayaan serta pernah dua kali menjadi bagian dari Dinas Pariwisata Lombok Timur berpikir bahwa membaca serat kuno bukanlah upaya romantik terhadap masa lalu, tetapi strategi merawat identitas, menguatkan literasi budaya, dan menghadirkan pengetahuan lokal sebagai rujukan dalam memecahkan persoalan modern, berpendapat bahwa hal itu menjadi medium pengaplikasian Undang Undang No: 5 Tahun 2017 Tentang Pemajuan Kebudayaan yang bagi saya, sebuah regulasi yang merupakan bukti nyata bahwa Negara sangat telat menyadari pentingnya kebudayaan sebagai basis perencanaan pembangunan. "Tapi lebih baik telat dari pada tidak sama sekali."

Diskusi tanpa sengaja dan tanpa tema itu, pada akhirnya mengerucut pada satu kalimat sederhana yang menjadi predikat pada  seorang individu yang memiliki seperangkat pengetahuan berbasis spiritual yakni “Guru Lauq”. (Bersambung....) 

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Disqus comments