Mbolo Weki, Tradisi Masyarakat yang Masih Dilestarikan - www.okenews.net

Minggu, 14 Maret 2021

Mbolo Weki, Tradisi Masyarakat yang Masih Dilestarikan

INDONESIA adalah negara yang terdiri berbagai macam suku dan adat istiadat yang sangat beragam. Dan masing-masing dari tradisi yang ada memiliki keunikan dan filosofi tersendiri dan tak habis untuk diceritakan semuanya. 


OLEH: AHMAD ALWAN --- DOMPU


Di Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) ada tradisi yang disebut dengan mbolo weki. Secara bahasa mbolo berarti duduk membentuk lingkaran, dan Weki berarti orang yang datang dan bermusyawarah. Mbolo weki adalah tradisi masyarakat Bima yang dilakukan dalam mempersiapkan suatu acara penting, misalkan acara pernikahan, khitanan atau tahlilan mendoakan keluarga yang meninggal dunia. 

Pelaksaan tradisi mbolo weki saat acara pernikahan seorang warga Desa Nangkara Kecamatan Pekat

Menariknya, tradisi mbolo weki ini masih dilestarikan dan dilaksakan masyarakat etnis Mbojo Bima yang tinggal Desa Nangkara Kecamatan Pekat Kabupaten Dompu NTB. Adapun keunikan dari tradisi ini adalah siapapun keluarga yang punya hajatan, misalkan dalam acara pernikahan tidak akan menanggung sendiri beban materil maupun moril dalam pelaksanaannya, karena orang-orang yang hadir turut memberikan sumbangsih sesuai kapasitas masing-masing.


"Mbolo weki ini adalah ruang kita bersama untuk bersilaturrahmi dan menumbuhkan semangat persatuan bermasyarakat disisi lain membantu yang berhajat dengan berpartisipasi baik secara moril ataupun materil," ungkap Kepala Desa Nangkara, Iryanto, Ahad (14/03/2021) dalam suatu acara pernikahan warga.


Iryanto memaparkan, tradisi mbolo weki ini merupakan pelaksanaan tradisi masyarakat sebagai bagian dari banyaknya tradisi bangsa Indonesia yang beragam. Baik dari sisi agama maupun tradisi masyarakat yang unik dan sarat makna. "Mengingat kita yang hadir dan warga di desa ini adalah dari suku yang beragam. Saya bersyukur dan berharap agar tradisi ini jangan sampai tidak diteruskan oleh penerus kita," harapnya.


Sebagai bentuk dari pelestarian, pemerintah desa memasukkan tradisi itu sebagai program desa yang harus dijalankan masyarakat. "Perkara sumbangan yang diberikan kepada pihak yang berhajat adalah nomor 100 dalam kegiatan ini, namun substansinya yang harus kita cermati agar kita bisa melestarikan tradisi nenek moyang yang baik ini," tambahnya.


Selain itu, dari pihak keluarga yang menggelar acara akad nikah juga memberikan sambutan untuk menyampaikan rasa terimakasih yang mendalam atas antusias pemdes, tokoh agama maupun tokoh masyarakat yang hadir dalam rangka acara mbolo weki ini. 


Nasrun, selaku perwakilan keluarga menyampaikan bahwa, tradisi ini adalah salah satu praktik sebagai ummat Islam pada khususnya yang menjalankan salah satu firman Allah yang memerintahkan hambanya untuk berfastabiqul khairat atau saling tolong menolong dalam kebaikan. 


Nasrun berharap agar kedepan di Desa Nangakara yang majemuk ini bisa terjalin silaturrhami melalui tradisi-tradisi yang ada, baik itu tradisi suku Mbojo maupun tradisi suku Sasak, agar sama-sama menunjukkan apa yang sering disebut dengan menjunjung nilai toleransi dalam kehidupan bermasyarakat itu.

Bagikan artikel ini

Tambahkan Komentar Anda
Disqus comments