www.okenews.net: Seni
Tampilkan postingan dengan label Seni. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Seni. Tampilkan semua postingan

Minggu, 26 Oktober 2025

Dende Tamari, Seruan Teater untuk Kebenaran dan Keberanian Perempuan

Bengkel Aktor Mataram

Okenews.net- Bengkel Aktor Mataram (BAM) kembali menegaskan eksistensinya sebagai salah satu komunitas teater paling konsisten di Nusa Tenggara Barat (NTB). Semalam, Sabtu 25 Oktober 2025, mereka menuntaskan pementasan lakon Dende Tamari di Gedung Tertutup Taman Budaya NTB, disaksikan oleh ratusan penonton yang memadati ruang pertunjukan hingga larut malam. 

Pertunjukan ini sekaligus menjadi pementasan BAM ke-63, sebuah capaian yang menandai perjalanan panjang dan teguh kelompok teater yang berdiri di Mataram ini dalam menjaga napas seni pertunjukan di daerah.

Dalam sambutannya, Kepala Taman Budaya NTB, Lalu Surya Mulawarman, menyampaikan apresiasi mendalam terhadap konsistensi BAM dan relevansi pementasan kali ini. Menurutnya, Dende Tamari bukan hanya pertunjukan teater biasa, tetapi juga etalase seni pertunjukan yang mempertemukan lintas disiplin—teater, musik, seni rupa dan tradisi lokal.

“Pertunjukan ini adalah katalisator pembuka ruang dialog dan dialektika. Ia menjauhkan kita dari arogansi diri, bahkan dari arogansi personalisasi kekuasaan,” ujar Miq Surya. “Kegiatan seperti ini penting, karena seni mesti hadir sebagai ruang pertemuan gagasan dan kemanusiaan.”

Dalam konteks itu, BAM melalui sang sutradara, Kongso Sukoco, menegaskan bahwa teater bukan sekadar hiburan, melainkan alat untuk berpikir dan mempertanyakan. “Teater yang masih memedulikan unsur sastra akan selalu menekankan dialog dan pertanyaan. Dari situ lahir kesimpulan-kesimpulan baru dalam memahami relasi manusia,” ujarnya. 

“Namun sekarang, tren teater mulai mengabaikan bahasa dan menggantinya dengan efek media. Kami ingin mengembalikan kekuatan kata dan rasa.”

Dende Tamari adalah adaptasi dari tragedi klasik Yunani Antigone karya Sophocles, yang kali ini dilahirkan kembali dalam konteks lokal Lombok. Pertanyaan mendasar yang melatari naskah ini tetap sama: apakah hukum buatan penguasa lebih tinggi daripada hukum moral dan kemanusiaan?

Perempuan Sasak Menentang Kekuasaan

Dalam versi BAM, sosok Antigone menjelma sebagai Dende Tamari seorang perempuan Sasak yang berani menentang kekuasaan demi kemanusiaan. Ia menolak tunduk pada hukum yang menafikan nilai moral dan kasih sayang. Keberaniannya menimbulkan konflik besar yang berakhir tragis: Dende Tamari dihukum mati karena menentang hukum penguasa.

Sutradara Kongso Sukoco menjelaskan: “Tragedi disebut tragedi ketika peristiwa tragis menimpa orang baik. Dende Tamari adalah sosok yang melawan kekuasaan yang semena-mena. Ia akhirnya mati, tapi justru dari kematian itu lahir makna tentang kebenaran.”

Ada keberanian BAM menafsir ulang karya besar dunia ke dalam lanskap lokal, yaitu ‘menaklukkan Antigone’ ke dalam sosok Dende Tamari, perempuan Lombok yang membawa suara lokal untuk isu universal.

Kongso menimpali, “Itu menunjukkan bagaimana kita masih tertinggal dalam memahami paradigma kesetaraan gender. Padahal, ketika Antigone ditulis Sophocles ribuan tahun lalu, gagasan demokrasi dan kesetaraan sudah hidup.”

Kekuatan Dende Tamari bukan hanya pada narasi, tetapi juga pada perwujudan estetika yang berpijak pada bumi Lombok. Tembang tradisional, kostum daerah, dan alat musik lokal menjadi bagian dari tubuh pertunjukan. 

Penonton diajak merasakan kegetiran tragedi Yunani dalam irama suling Sasak, dalam nyanyian yang lahir dari tanah sendiri.

Musik dan tata artistik menjadi jembatan antara dunia klasik dan realitas lokal. Para Musisi (tradisi)  Lalu Prima Wira Putra, Nurul Maulida, Ayutara Adelya, dan Nunuk Husnul menghadirkan harmoni antara bunyi-bunyian tradisi dan atmosfer dramatik yang membangun emosi pertunjukan.

Penataan cahaya karya Fathul Ajis dan arahan artistik Zaeni Mohammad menghadirkan ruang simbolik: sumur batu tempat Dende Tamari dihukum menjadi metafor atas kekuasaan yang membungkam, namun sekaligus tempat lahirnya cahaya perlawanan.

Pementasan ini melibatkan sejumlah aktor muda BAM yang tampil dengan intensitas emosional tinggi: Winsa, Dende Dila, Wulan Eryana Sain, Bagus Maulana, Hawa Metha, dan Febri Febrian. Manajemen panggung dipercayakan kepada Reza Ashari, dengan Mantra Ardhana sebagai penata suara, serta dukungan kru: Susan Damayanti, Lalu Farid, Syahrul Rozi, dan Akbar.

Para pemain menghidupkan tokoh-tokoh klasik dengan tubuh dan aksen lokal, menghadirkan keotentikan baru yang membedakan versi BAM dari adaptasi teater konvensional. Sorak dan tepuk tangan penonton di akhir pementasan menjadi bukti bahwa karya ini menyentuh sisi terdalam dari rasa kemanusiaan.

Seruan Kemanusiaan

Lebih dari sekadar pertunjukan, Dende Tamari adalah seruan kemanusiaan. Ia berbicara tentang keberanian untuk menentang ketidakadilan, tentang suara perempuan yang menolak tunduk pada kekuasaan yang buta. Ia mengingatkan kita bahwa di tengah dunia yang makin pragmatis, nurani tetap harus menjadi panglima.

“Seni bukan hiburan,” tutup Kongso Sukoco. “Seni adalah suara perlawanan, cermin kehidupan, dan panggilan hati nurani.”

Melalui Dende Tamari, BAM mengajak masyarakat untuk kembali percaya pada kekuatan perempuan, keberpihakan sosial, dan cinta pada kemanusiaan. Dari Lombok, pesan itu bergema: bahwa keberanian untuk berpihak pada kebenaran tak akan pernah lekang oleh zaman.

Didirikan lebih dari dua dekade lalu, BAM adalah kelompok teater independen di Mataram, NTB, yang konsisten mengeksplorasi teater berbasis naskah, riset sosial, dan pendekatan lokalitas. Dengan 63 pementasan hingga kini, BAM menjadi laboratorium kreatif bagi generasi muda dalam memahami seni sebagai jalan kesadaran sosial dan kebudayaan.

Kamis, 23 Oktober 2025

Bengkel Aktor Mataram Hadirkan Tragedi Kemanusiaan dalam Nafas Lokal

BAM, Bengkel Aktor Mataram

Okenews.net-  Mataram, Oktober 2025 Bengkel Aktor Mataram (BAM) kembali meneguhkan eksistensinya di dunia teater Indonesia melalui pementasan ke-63 yang akan digelar pada 25 Oktober 2025 pukul 20.00 Wita di Gedung Tertutup Taman Budaya NTB. 

Di bawah arahan sutradara Kongso Sukoco, BAM menghadirkan lakon terbaru berjudul Dende Tamari, sebuah adaptasi dan tafsir lokal atas tragedi Yunani klasik Antigone karya Sophocles.

Bagi Kongso, teater selalu lebih dari sekadar tontonan; ia adalah ruang perenungan dan perlawanan. “Teater adalah tempat manusia bercermin kepada dirinya sendiri, mendengar suara zaman, dan meneguhkan keberpihakan pada kemanusiaan,” ujarnya. Dari keyakinan itulah, Dende Tamari lahir  bukan sebagai salinan, tetapi sebagai penanaman ulang kisah klasik di tanah Lombok, agar tumbuh dengan akar dan bunga lokal yang kuat.

Dalam versi Sophocles, Antigone dikenal sebagai perempuan muda yang menentang kekuasaan Raja Kreon demi memberi pemakaman layak bagi saudaranya. Bagi Kongso, semangat keberanian itu masih hidup hingga kini.

 “Saya memilih kisah ini bukan karena keagungan masa lalunya semata, tetapi karena denyut nadinya masih terasa hingga hari ini,” tutur Kongso Sukoco, Rabu 22 Oktober 2025 di Mataram. 

Dalam tafsir BAM, Antigone menjelma menjadi Dende Tamari, seorang perempuan Lombok yang menolak tunduk pada penguasa lalim. Ia menjadi lambang perempuan Nusantara yang berani berkata “tidak” pada kekuasaan yang menindas, demi menegakkan hukum moral dan nilai kemanusiaan.

Mengapa perempuan? “Karena dari perempuanlah kita belajar kesetiaan, keberanian, dan kemanusiaan,” kata Kongso. Dalam masyarakat yang masih sering menyingkirkan suara perempuan, Dende Tamari tampil sebagai simbol keberanian mereka untuk menjaga martabat dan nilai-nilai hidup.

Estetika pertunjukan ini dirancang untuk mengakar kuat pada tradisi Lombok:

Tembang dan nyanyian tradisi menjadi jantung pertunjukan, bukan sekadar latar bunyi, tetapi doa dan jeritan yang mengikat penonton pada akar leluhur.

Kostum lokal menampilkan kain-kain tradisional sebagai bahasa visual yang merekam kisah, warna, dan makna  sebuah simbol keanggunan sekaligus perlawanan.

Bahasa tubuh dan gestur aktor berpijak pada keseharian masyarakat Lombok, membentuk gaya pergerakan yang jujur, liris, dan berakar.

Dengan demikian, Dende Tamari tidak hanya menerjemahkan Antigone ke dalam bahasa Indonesia, tetapi juga mentransformasikannya menjadi tragedi Nusantara, di mana setiap elemen panggung menjadi cermin dari kebudayaan lokal.

Namun, di balik keindahan artistiknya, Dende Tamari juga membawa pesan sosial yang tajam. Ia mengingatkan bahwa kekuasaan yang menabrak hukum moral akan selalu berujung pada kehancuran. Seperti Kreon dalam kisah Sophocles yang kehilangan keluarganya, penguasa masa kini pun bisa kehilangan kepercayaan rakyat bila berpaling dari kemanusiaan.

“Teater tidak boleh netral,” tegas Kongso. “Dalam situasi hari ini, ketika kekuasaan masih bisa menentukan siapa yang dihormati dan siapa yang diabaikan, teater harus berpihak pada kemanusiaan, pada perempuan, dan pada rakyat kecil.”

Lebih dari enam puluh kali menyutradarai lakon, Kongso meyakini bahwa seni sejati tidak berhenti pada estetika. “Seni harus membuka kesadaran,” ujarnya. Bagi BAM, Dende Tamari bukan hanya adaptasi, melainkan kesaksian: kesaksian bahwa seni bisa menyeberangi ruang dan waktu; bahwa perempuan lokal mampu menyuarakan nilai universal; dan bahwa teater tetap menjadi perlawanan yang indah terhadap ketidakadilan.

“Saya persembahkan karya ini untuk semua yang masih percaya bahwa panggung adalah tempat kita merawat kemanusiaan,” tutup Kongso Sukoco.

Bengkel Aktor Mataram (BAM) didirikan sebagai ruang eksplorasi seni peran dan pencarian bentuk teater Nusantara, Bengkel Aktor Mataram telah berdiri sejak tahun 1984. Dengan 62 produksi sebelumnya, BAM terus melahirkan aktor dan karya yang berpijak pada realitas sosial, berpihak pada kemanusiaan, dan berakar pada budaya lokal. Pementasan ke-63, Dende Tamari, menjadi tonggak perjalanan BAM dalam menjembatani klasik dunia dengan spirit lokal Lombok

Kamis, 06 Juni 2024

Mi6 Tolak Larangan Kesenian Kecimol

 

Mi6 Tegas menolak Larangan Kecimol
Okenews.net-– Lembaga Kajian Sosial dan Politik Mi6 menolak larangan atau pembubaran kesenian musik Kecimol di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Belum lama ini Kecimol yang menampilkan penari erotis beredar di media sosial sehingga memicu pro kontra dan permintaan untuk ditertibkan dan bahkan dibubarkan.

Beberapa pemerintah daerah di Lombok telah mengkaji penertiban dan bahkan pelarangan Kecimol di jalanan.

Direktur Mi6, Bambang Mei Finarwanto menolak rencana penertiban dan pembubaran Kecimol. 

Didu sapaan akrab Direktur Mi6 mengatakan wacana pembubaran Kecimol dengan alasan sering membuat keributan atau kegaduhan dinilai terlalu berlebihan. Kecimol kata Didu merupakan kesenian rakyat yang dapat dinikmati masyarakat kelas bawah. Sehingga tidak adil jika itu dibubarkan.

“Jadi soal kegaduhan akibat Kecimol ini yang seharusnya diperbaiki adalah kedewasaan masyarakat sebagai penikmat seni, bukan justru kesenian (Kecimol) itu yang dibubarkan,” katanya, Kamis, 6 Juni 2024.

Kegaduhan merupakan risiko dari hiburan jalanan. Tidak hanya Kecimol, tapi kegaduhan juga dapat terjadi pada Gendang Beleq atau saat Nyongkolan. Artinya, mindset masyarakat selaku penikmat kesenian yang mesti berubah, bukan justru menghilangkan kesenian itu sendiri.

Kemudian soal Kecimol yang kerap kali menampilkan penari erotis, Didu menggarisbawahi bahwa Kecimol merupakan kesenian kontemporer Lombok, di mana kesenian tidak bersentuhan dengan etika atau moral. Kesenian itu adalah soal estetika bukan etika.

“Kesenian itu tidak bicara soal etika. Itu murni estetika, murni ekspresi,” ujarnya.

Analogi bisa diambil di bidang olahraga seperti renang wanita, lompat indah putri, lompat galah putri dan bahkan voli pantai yang menampilkan atlet wanita berpakaian terbuka. Jika soal olahraga pun harus ditarik ke ranah etika, maka hampir sama dengan kasus Kecimol. Karena cabang-cabang olahraga tersebut menampilkan perempuan dengan kostum terbuka.

“Artinya apa, ya kedewasaan masyarakat yang perlu diperbaiki. Mereka menikmati kesenian sebagai hiburan atau menikmati tontonan erotis,” ujarnya.

“Sekali lagi kesenian tidak berurusan dengan moral, yang berurusan dengan moral itu agama. Kesenian bukan ranah etik tapi estetika. Kesalahan yang fatal jika kesenian dikaitkan dengan ranah etik. Mereka yang sering kaitkan kesenian dengan ranah etik itu tidak paham budaya. Kesenian murni ekspresi,” jelasnya.

Hiburan Rakyat Jelata

Didu mengatakan para pelaku usaha Kecimol merupakan masyarakat kelas bawah yang tersisih secara sosial ekonomi. Pemerintah mestinya mendukung masyarakat tersebut menyambung hidup dengan melestarikan kesenian kontemporer.

Hiburan Kecimol merupakan hiburan masyarakat kelas bawah yang dapat dinikmati oleh semua lapisan. Masyakakat pelosok yang tinggal di lingkungan sepi hiburan dan jauh dari gemerlap kota, tentu sangat diuntungkan dengan kehadiran kesenian kontemporer ini. 

Apalagi saat ini kesenian tradisional Lombok nyaris saja hampir punah karena minimnya bantuan pemerintah. Seperti Wayang Sasak maupun penatah wayang yang nyaris tidak mendapat bantuan pemerintah.

“Alih-alih membantu melestarikan kesenian, eh justru mau dibubarkan. Kok ruwet sekali,” ujar dia.

Sebelumnya, Pemerintah Kota Mataram resmi melarang kesenian musik tradisional Lombok, Kecimol. Hal tersebut karena orkes musik jalanan tersebut dinilai sering menampilkan penari erotis dan kemacetan. Menyusul juga daerah-daerah lain di Lombok saat ini tengah mempertimbangkan rencana mengatur kesenian Kecimol.

Sejarah Singkat

Kecimol diketahui merupakan suatu kesenian tradisional yang terbentuk berdasarkan akulturasi budaya dengan budaya luar. Kecimol adalah seni kontemporer yang merupakan produk masa kini sebagai bagian dari akulturasi budaya akibat aksi interaksi dengan budaya lain.

Akulturasi budaya dimaksud yaitu budaya Eropa yang bermula dari drum band. Dari drum band tersebut, muncul ide untuk membentuk kesenian baru yang dikenal dengan Kecimol.

Dilansir dari koranntb.com, Kecimol berkembang pertamakali dari Kecamatan Masbagik, Lombok Timur. Kecimol mulai dikenal sekitar era 80-an dan mulai berkembang menjadi seni hiburan saat Nyongkolan atau tradisi mengantar pengantin suku Sasak. Dahulu Kecimol dikenal dengan nama Esot.

Dulunya Kecimol digunakan untuk menghibur masyarakat yang sedang bergotong royong di masjid atau sedang bekerja di sawah, yang kemudian mulai digunakan di acara perkawinan.

Minggu, 05 November 2023

Festival Bale Langgaq Desa Sakra Bakal Dimeriahkan Pawai Seribu Dulang

 

Okenews.net- Kegiatan Tahunan Pawai 1000 Dulang pada Festival Bale Langgaq, Gawe Musim Kembalit Desa Sakra, Kecamatan Sakra, Lombok Timur dalam waktu dekat akan dilaksanakan kembali tepatnya mulai pada tanggal 19-25 November 2023 pada bulan ini.

Kegiatan tersebut kali ini akan dibuat lebih spektakuler dari tahun sebelumnya. Berbagai pentas seni dan budaya akan hadir meriahkan kegiatan Festival Bale Langgaq. Pentas Gendang Beleq/Gamelan,Pentas Musik artis artis Lombok ternama, peresean sepualau Lombok, pawai 1000 dulang juga kegiatan hiburan lainnya akan membuat semakin spektakuler, (04/11/2023).

Selain pentas Seni dan Budaya,akan ada Pameran UMKM Se Pulau Lombok dari berbagai jenis kerajinan tangan juga makan minum yang juga akan ikut meriahkan sepanjang kegiatan Festival Bale Langgaq 2023 ini. Ada sekitar 100 UMKM yang akan hadir dari berbagai daerah di pulau Lombok yang tengah dipersiapkan ikut pameran/mempromosikan produk produk unggulan mereka.

Kegiatan tersebut diadakan demi memperkenalkan budaya budaya Lombok(Sasak) pada dunia serta menumbuh kembangkan ekonomi kemasyarakatan dengan pameran UMKM Lombok , dipastikan akan dipadati pengunjung dari berbagai daerah setiap harinya sepanjang kegiatan ini berlangsung yang tentunya para pelaku UMKM akan sangat diuntungkan, terlebih lagi ada pasar/hiburan bermain malam (rona rona) selama 2 minggu lamanya.

L.Anugerah Bayu Adi (Mantan Kepala Desa Sakra) yang sebagai pemerhati Budaya di wilayah Selatan Lombok berharap kepada seluruh unsur/lapisan masyarakat yang ada di Lombok Timur khususnya NTB umumnya agar bersama sama ramaikan dan meriahkan kegiatan budaya "Gawe Musim Kembalit" sebab ini kegiatan bersama dan budaya budaya Lombok harus kita pertahankan dan perkenalkan kepada dunia bahwasanya Lombok masih memiliki kekuatan Budaya," tutur L Anugerah.

Mari bersama sama kita semua sebagai bangsa SASAK(Lombok) yang peduli Adat dan Budaya bersatu padu,menguatkan tali silaturrahmi,kekeluargaan,kegotongroyongan dalam kegiatan kegiatan Gawe(kerja) Kebudayaan agar abak anak kita, para generasi Lombok kita bisa mengenal dan ikut melestarikan apa yang menjadi budaya , adat istiadat kita dimasa yang aka datang, sebab kegiatan seperti Gawe Musim Kembalit yang diadakan ini semata mata sebagai ajang berkumpulnya  para pemerhati budaya dan kesenian Lombok sebagai penguat hubungan kekeluargaan diantara kita sesama warga Lombok,"tutur Miq Uge.

Sabtu, 09 Juli 2022

Bupati Sukiman Tutup Pameran Lukisan

Bupati Lotim HM Sukiman Azmy tutup pameran lukisan
Okenews.net - Bupati Lombok Timur HM Sukiman Azmy menutup acara pameran lukisan dalam rangka memeriahkan MTQ XXIX tingkat Provinsi NTB tahun 2022 di Lombok Timur, Kamis (07/07/2022).

Menurut bupati, seni menjadi salah satu elemen yang membuat hidup lebih bermakna. Seni adalah salah satu bentuk rasa syukur manusia. 

Hal itu dapat dilihat dari ungkapan para seniman yang menyebut Tuhan menciptakan bumi yang indah ini dengan segala pesonanya.

Selain mengaparesiasi kegiatan tersebut, kepada para seniman bupati berpesan untuk menghimpun kekuatan membangun seni yang mengarah pada keindahan. 

Pemda, jelasnya akan memberikan dukungan dan ruang yang dapat mendukung pengembangan kreativitas para seniman. 

Para seniman dapat memanfaatkan Gedung Wanita, Bale wartawan, dan kantor lain yang bisa digunakan untuk aktualisasi seni.

“Kita semua punya itu, tempat-tempat itu bisa kita jadikan sarana untuk mengaktualkan aktivitas (kesenian) kita supaya dikenal oleh masyarakat,” pesannya.

Bupati juga menyebutkan hal lain yang memberi makna dalam hidup seperti ilmu yang memudahkan hidup, prestasi, dan terakhir adalah agama yang memberikan arah dalam hidup.

Pameran ini juga dimaksudkan meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap seni rupa yang saat ini perlu ditingkatkan. 

Pameran bertema Journey Of Sasak Culture itu dimulai 2 Juli dan diharapkan pula dapat menggairahkan pariwisata dan industri kreatif di daerah ini.

Senin, 24 Mei 2021

Pentas Seni Tradisional Jaran Praje Digagalkan Polisi

Okenews - Jajaran Polsek Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat berhasil menggagalkan pentas seni trarisional Jaran Praje di jalan raya pertigaan Dusun Manggu Desa Ganti Kecamatan Praya Timur, Minggu tanggal 23 Mei 2021.



Kapolsek Praya Timur Iptu Dami menjelaskan, pihaknya bergerak cepat menuju lokasi pencegatan begitu menerima laporan dari masyarakat bahwa rombongan kru Jaran Praje sedang dalam perjalanan dari Lombok Timur menuju Desa Semoyang melewati jalur Desa Ganti.


Anggota Polsek bersama BKD Semoyang langsung standbay di Jalan Raya Pertigaan Dusun Manggu Desa Ganti, Praya Timur. Dan sekitar pukul 20.05 Wita, benar adanya melintas kendaraan yang mengangkut kru Jaran Praje dan langsung dilakukan pencegatan.  


"Aparat berkoordinasi secara humanis dengan pimpinan kru Mangku kesenian tersebut," jelas Kapolsek Praya Timur atas ijin Kapolres Lombok Tengah, AKBP Esty Setyo Nugroho, SIK.


Dalam pencegatan kru Jaran Praje itu, Kapolsek melibatkan Kanit IK Polsek Praya Timur, eluruh Bhabinkamtibmas Polsek Praya Timur, anggota piket SPKT III Polsek Praya Timur, serta anggota BKD Semoyang.


Iptu Dami mengungkapkan, kesenian Jaran Praje tersebut berasal dari Dusun Bagek Kerotok Desa Sukaraja Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur. Mereka diangkut menggunakan 2 unit mobil pick up Mistubishi L700 dan mobil pick up mengangkut Jaran Praje beserta gamelan dan para sekahe yang rencananya akan pentas pada Minggu di Desa Semoyang.


"Setelah dilakukan introgasi, selanjutnya kendaraan beserta kru kesenian Jaran Praje tersebut dibawa menuju Mapolsek Praya Timur guna pemeriksaan lebih lanjut," ujar Iptu Dami. 


Setelah membawa rombongan Jaran Praje ke Mapolsek Praya Timur, aparat keamanan juga memanggil pihak penyelenggara hajatan yang diketahui bernama Nasrun Sandria serta Kadus Bagek Kerongkong II Amaq Ela ke Mapolsek Praya Timur untuk dimintai keterangannya.


"Kami memberikan beberapa penekanan terhadap yang bersangkutan yang intinya untuk tidak mengadakan keramaian atau hiburan dalam bentuk apapun yang dapat menimbulkan kerumunan," jelas Kapolsek.


Mendengar penjelasan dari Kapolsek Iptu Dami, pihak penyelenggara hajatan mengakui hendak mengadakan kegiatan keramaian dan sebelumnya tidak pernah melakukan koordinasi dengan pihak kepolisian. 


"Mereka para penyelenggara hajatan akhirnya bersedia membatalkan kegiatan pementasan kesenian Jaran Praje tersebut serta tidak akan menuntut pihak manapun terkait batalnya kegiatan tersebut," pungkas Kapolsek.


Selanjutnya pihak penyelenggara hajatan, Kadus Bagek Kerongkong II setra pimpinan kru kesenian/Mangku Jaran Praje membuat surat pernyataan dan ditandatangani oleh masing-masing pihak, untuk selanjutnya meninggalkan Mapolsek Praya Timur kembali menuju Lombok Timur. 


Ia juga menegaskan, kegiatan pencegatan dilakukan sebagai upaya pihak kepolisian dan pihak terkait dalam rangka upaya mendisiplinkan warga supaya tidak mengadakan hiburan guna mencegah penyebaran Covid-19.

Selamat Idul Adha 1445 H

 


Pendidikan

Hukum

Ekonomi