www.okenews.net: Opini & Artikel
Tampilkan postingan dengan label Opini & Artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Opini & Artikel. Tampilkan semua postingan

Kamis, 14 Juli 2022

Pekan PKKMB: Proses Transisi Mahasiswa Sadar Akademik

Oleh: Zahra Husnul Latifah (Mahasiswi Prodi PGMI Universitas Muhammadiyah Mataram)

Foto: istimewa/dok
PELAKSANAAN Pengenalan Kampus dan Keakraban Mahasiswa Baru (PKKMB) Universitas Muhammadiyah Mataram tahun 2020/2021 lalu telah berlangsung lancar dan mengesankan. Proses PKKMB itu menjadi proses transisi mahasiswa baru yang beralih status dari siswa. 

Ajang itu selain penuh tantangan sekaligus sebagai ajang melateh mental yang menyadarkan mahasiswa untuk langkah awal menjadi insan sadar akademik. Melewati masa sulit sekaligus indah dan penuh kesan dari setiap proses PKKMB yang mahasiswa lewati. 

Disisi lain, proses itu barangkali sebagai tantangan bagi pantia untuk mengkemas even PKKMB agar menjadi lebih menarik, efektif, ramah, dan mengesankan bagi peserta. Apalagi jika even ini diformat dengan sentuhan kekinian yang lebih enjoy namun sarat dengan misi pendidikan. 

Kegiatan yang termasuk program bidang kemahasiswaan untuk menyambut mahasiswa baru ini pada dasarnya PKKMB bertujuan untuk memperkenalkan, mempersiapkan, dan mengakselerasi mahasiswa baru dalam proses transisi menjadi mahasiswa yang sadar akan hak dan kewajibannya.

Pesan yang memuat antara lain tentang sistem pendidikan tinggi, kegiatan akademik dan kemahasiswaan serta kebijakan kampus sehingga dapat mendukung keberhasilan studinya di perguruan tinggi.

Selain itu memberikan mahasiswa kesan positif dan menyenangkan terhadap lingkungan pendidikan baru. Mereka diharapkan mengawali kegiatan dalam hal yang menggembirakan sambil tetap mempelajari hal yang baru, baik yang berkaitan dengan lingkungan fisik, lingkungan sosial (termasuk norma khusus yang berlaku di lingkungan kampus barunya) maupun dengan cara belajar yang baru.

Adapun tujuan khusus dari pelaksanaan PKKMB ini: pertama, membantu mahasiswa mengenal lebih dekat dengan lingkungan pendidikan barunya, sehingga tercipta edukatif dan kondusif. Kedua, membantu mahasiswa baru menyatu dengan warga kampus, beradaptasi dengan lingkungan kampus. 

Ketiga, mengetahui kewajiban dan hak serta mampu bertanggung jawab dalam kehidupan, serta mendorong mahasiswa untuk memulai kebiasaan belajar dengan metode diskusi, praktek di lingkungan Universitas Muhammadiyah Mataram.

Di samping itu juga bertujuan agar mendorong mahasiswa untuk memiliki kepercayaan diri sendiri berani mengungkapkan pendapat dan aktif menyatakan pendapat kepada orang lain.

Terakhir, menambah pemahamannya melalui pengamatan terhadap lingkungan, membangun keakraban dan persaudaraan yang lebih erat antar mahasiswa, dosen dan karyawan. Sehingga bisa saling bahu membahu antar sesama dalam membangun kepribadian dalam berorganisasi.

PKKMB Universitas Muhammadiyah Mataram tahun 2021/2022 dilaksanakan 4 hari. Dua hari PETA dan dua hari Masta. Hari pertama kami berkumpul di lapangan diselenggarakan oleh BEM dan berkerja sama dengan IMM dan dilanjutkan berdiskusi dalam Kelas. 

Peta adalah hari banyak berdiskusi dari jam 6 pagi sampai jam 17.35 sore berjeda hanya untuk sholat dzuhur dan makan siang selama dua hari. Namun dengan penuh semangat mahasiswa terus mengikuti dengan harapan dapat lulus dan mendapatkan sertifikat untuk memenuhi persyaratan wisuda nanti.

Hari ketiga, pelaksanaan MASTA sama halnya dengan PETA, MASTA dimulai pukul 06.00 pagi harus ada di kampus dan selesai jam 17.35. Tetetapi disela-sela acara juga ada hiburan untuk mahasiswa baru sembari perngenalan organisasi di setiap petunjukan. 

Tampak para mahasiswa antusias menonton petunjukan itu tersebut. Hingga pada akhirnya PKKMB pun usai dengan penuh kesan dan pesan yang menjadi bekal para mahasiswa di masa transisi untuk menjadi mahasiswa yang sesungguhnya.

Cara Menjaga Kebersihan Lingkungan

Oleh: Amelina Putri 

(Mahasiswi Prodi PGMI Universitas Muhammadiyah Mataram)

foto: istimewa/dok
LINGKUNGAN bersih tentu akan membuat semua orang menyukainya. Apalagi rapi dan indah akan memberikan suasana yang nyaman bagi semua orang yang menempatinya. Lingkungan  yang bersih juga sangat berpengaruh bagi kesehatan kita. 

Untuk menjaga lingkungan yang bersih tentu banyak cara yang bisa dilakukan, seperti membuang sampah pada tempatnya, memisahkan jenis sampah, dan kegiatan gontong royong. 

Kita semua tentu mengiginkan lingkungan yang bersih, namun sedikit sekali dari kita bisa menjaga lingkungan agar tetap bersih, dan kesadaran dalam membuang sampah pada tempatnya sangat kurang.

Bahkan, terkadang kita sebagai manusia sangat mudah untuk merusak akan tetapi sulit untuk menjaganya. Karena itu, penulis memaparkan cara-cara menjaga lingkungan agar tetap bersih.

1. Mulai dari Lingkungan Rumah

Hal paling sederhana yang bisa kita lakukan untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan adalah dengan menjaga kebersihan rumah dan halaman. Karena kebersihan rumah dan halaman akan membuat kita menjadi lebih terbiasa untuk membersihkan lingkungan lainnya. Agar kita selalu membersihkan lingkungan rumah buatlah jadwal piket untuk diri sendiri sehingga kita bisa mengatur waktu dengan baik.

2. Mendaur Ulang Sampah

Ada banyak jenis sampah yang akan mengotori lingkungan sekitar yang sebenarnya bisa didaur ulang dengan baik. Misalnya saja memanfaatkan kaleng dan botol bekas untuk dijadikan wadah yang bermanfaat. Misalnya, kaleng bekas bisa diubah menjadi sebuah pot bunga dengan menghiasnya jadi indah. Hal ini akan menjadi hal yang positif dibandingkan membiarkannya menjadi sampah yang menumpuk. Bahkan bisa menjadi sumber pendapatan tambahan.

3. Pembuatan Pupuk Kompos

Pupuk kompos bisa dibuat dari sampah organik. Daripada membiarkannya terbengkalai dan membusuk hingga menimbulkan bibit penyakit, lebih baik diolah menjadi pupuk kompos yang berguna bagi pertanian dan perkebunan. 

4. Tidak Membuang Sampah Sembarangan

Hal terpenting dalam menjaga kebersihan lingkungan adalah untuk tetap membiasakan hal-hal baik seperti kebiasaan membuang sampah pada tempatnya. Kesadaran dalam diri kita juga sangat penting dalam hal-hal kecil seperti contoh ketika kita melihat orang membuang sampah sembarangan maka kita harus menegurnya dengan baik.  

5. Memisahkan Jenis Sampah

Menggunakan jenis tong sampah yang berbeda untuk sampah anorganik dan sampah organik adalah hal yang baik. Karena sampah organik adalah sampah yang bisa diolah dan dijadikan pupuk. Sedangkan sampah anorganik sebagian dari sampah tersebut juga bisa dijadikan furniture tertentu. Memisahkan kedua jenis sampah ini akan membantu dalam proses pengolahan.

6. Kegiatan Gotong Royong

Hal penting lainnya adalah untuk selalu rutin membiasakan kebiasaan gotong royong sesama warga. Ini tidak hanya membantu membersihkan lingkungan sekitar, namun juga akan membantu dalam mempererat jalinan kerja sama antar warga. Biasanya kegiatan gotong royong ini akan dilakukan setidaknya sekali dalam seminggu agar lingkungan benar-benar bersih dari sampah. Jadi, sangatlah penting untuk menjaga kekompakan antar warga agar bisa sama-sama untuk mewujudkan kebersihan lingkungan yang dibutuhkan oleh semua orang.

7. Meremukkan Sampah

Kebanyakan sampah anorganik seperti botol plastik maupun kardus dan lainnya akan membuat volume sampah menjadi lebih banyak. Jadi, hal penting yang bisa dilakukan untuk mengurangi jumlah volume sampah adalah dengan meremukkannya. Meremukkan sampah ini tidak hanya mengurangi volume sampah yang ada, namun berperan untuk meminimalisir penggunaan ulang sampah yang merugikan. Misalnya saja oknum yang menggunakan sampah botol minuman untuk digunakan kembali tanpa proses sterilisasi.

8. Melakukan Penghijauan

Untuk mewujudkan lingkungan yang sehat, rindang dan asri bisa dilakukan dengan mudah. Salah satunya adalah dengan proses penghijauan. Ajaklah tetangga untuk menanam banyak bibit pohon di lingkungan sekitar. Dengan banyaknya pepohonan yang ada maka lingkungan akan menjadi makin bersih dan asri. Tanaman akan mendaur ulang udara yang tidak sehat menjadi lebih sehat dan membuat kita menjadi lebih mudah mendapatkan udara yang bersih.

9. Penutupan Saluran Air

Menutup saluran-saluran air yang ada juga merupakan tindakan yang bisa dilakukan untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan. Karena biasanya saluran air yang terbuka akan memicu banyak orang membuang sampah sembarangan dan menjadikan saluran tersebut sebuah sarang sampah dan sumber berbagai penyakit.

10. Buat Lubang Sampah

Membuat lubang khusus yang disediakan untuk memasukan sampah organik, hingga nantinya bisa terdaur ulang dan meminimalisir bau. Kita tahu bahwa sampah organik akan membusuk dan akan menimbulkan bau yang tak sedap, oleh karena itu masukan kedalam lubang dan timbun kembali.

11. Memperbanyak Tong Sampah

Orang-orang seringkali membuang sampah semabarangan karena kurangnya jumlah tong sampah yang tersedia. Jadi, perbanyaklah jumlah tong sampah di jalanan maupun di sekitar lingkungan perumahan.

12. Sosialisasi

Melakukan penyuluhan atau sosialisasi adalah hal yang diperlukan agar orang-orang mengetahui pentingnya upaya menjaga kebersihan lingkungan. Ini akan menyadarkan banyak orang akan bahaya lingkungan kotor dan memotivasi agar bisa menjaga kebersihan lingkungan.

Demikian uraian tentang cara menjaga kebersihan lingkungan  agar rapi dan nyaman. Hal sedehana di atas dapat dilakukan semua orang. Terpenting kesadaran personal dan kolektif tercipta dan terjaga dengan baik di antara sesama warga. Terlebih lagi saat ini pemerintah NTB telah mencanangkan program zero waste. Program ini selain menjaga kebersihan lingkungan, juga memberikan peluang bagi masyarakat untuk menambah pendapatan.

Rabu, 02 Februari 2022

Pasca Muktamar I NWDI: Sinergi dan Dedikasi

OLEH: Muhammad Haramain

Perwakilan PW NWDI Sulawesi Selatan


ORGANISASI NWDI dan NW itu seperti sepasang sayap, kata Syaikh TGB Dr  KH. M. Zainul Majdi, MA. Keduanya dikepakkan dengan harmonis, tanpa berbenturan satu sama lain. Jika dengan organisasi lain yang jauh saja kita bisa berkolaborasi sinergis, apalagi dengan yang dekat, lanjutnya.

Sebagai abituren, saya biasanya memperhatikan, apakah ada bagian diksi taujih Syaikh TGB yang menyudutkan (ber-ghibah) dengan kejelekan organisasi lain. Tidak pernah sekalipun. Bahkan pada pertemuan yang sangat privat, seperti ramah tamah bersama perwakilan PW NWDI se-Indonesia (31/1/2022), tidak ada satupun kata yang keluar dari lisan beliau untuk mencederai zurriyat atau jama'ah NW.

Pasca Muktamar I NWDI, setidaknya bisa dibangun satu kesepahaman, NWDI lebih percaya diri melangkah ke depan, the show must go on. Perjuangan pun tetap dilanjutkan. Jika masih ada cara yang baik untuk membangun, kenapa harus menggunakan cara menyakiti atau menghancurkan.

Penulis jadi teringat mahfuzhot Arab yang artinya; kapankah akan berdiri tegak sebuah bangunan, jika engkau berusaha membangunnya dan selainmu malah tak henti menghancurkannya? Pada ikhtiar membangun Indonesia maju, khidmat pada umat, setidaknya bisa dicerna pikiran sederhana Syaikh TGB, agar jama'ah tetap bekerja dan bekerja tanpa henti untuk maslahat.

NWDI pasca muktamar perdananya, ibarat pesawat, tak memiliki persneleng mundur. Hanya bisanya maju ke depan. Begitupun Syaikh TGB yang sangat optimis dengan NWDI, persis seperti kakeknya al-Magfurlah dahulu, perjuangan organisasi itu akan bergerak, dengan laju progresif, selagi masih ada syubban (anak-anak muda) yang penuh dedikasi dan semangat menyertainya. Maka dapat dicermati, embrio musholla al-Mujahidin 1934 yang bertansformasi ke Madrasah NWDI 1937 menjadi pijakan sejarah, roda organisasi otu harus senantiasa bergerak maju ke depan, pantang mundur ke belakang. 

Sudah barang tentu, laju organisasi bak sebuah pesawat pun membutuhkan fase menge-rem dan ber-manuver. Para tokoh senior adalah panutan untuk selalu hadir mengingatkan ada saatnya menge-rem. Dan para pemimpin kita pun harus jago bermanuver. Pada level ini, terlihat betapa urgen-nya kita berjam'iyyah (berorganisasi), untuk mendapatkan keberkahan dan kemanfaatan bersama.

Dus, Seluruh unsur organisasi NWDI harus bergerak dengan mekanisme organik, bukan mekanisme mekanik. Mekanisme organik, artinya, pengurus harus bekerja secara alamiah-progresif sesuai kapasitasnya. Bekerja untuk kemaslahatan organisasi, ummat dan bangsa, tanpa harus menunggu komando. Karena, jam'iyyah ini bukanlah berbasis mekanisme mekanik, seperti mesin, yang hanya mengandalkan atau bergantung pada perangkat satu dan lainnya. Semua perangkat dapat bergerak dinamis-sinergis.

Semoga Allah Swt senantiasa merahmati dan memberkahi perjuangan para rijal (pemimpin) NWDI dalam men-tradisi-kan segala ikhtiar kebaikan. Sebagaimana bait do'a pusaka;


Wahdiyan rijaalaha 'alas sunan..

Makassar, 1 Februari 2022

Sabtu, 29 Januari 2022

Sekjen NWDI dan Gelombang Pembaruan

Oleh: SYAMSUDIN M


BEBERAPA hari sebelumnya dan setelah ini, Nahdlatul Wathan Diniya Islamiyah (NWDI) menjadi Ormas dan akan terus menjadi yang fenomenal. Ormas yang sejatinya memiliki semangat lebih dekat pada konsep Almujahidin sebagai Madrasah awal yang didirikan oleh Almaghfuruloh. 

Usia NWDI tidaklah sedikit, hampir satu abad mengabdi kepada bangsa dan negara. Kader NWDI sudah pula teruji keunggulannya dalam ilmu, mental, dan akhlaq. Begitu dahsyatnya gelombang ujian yang datang, kader NWDI berani menghadapi gelombang tanpa tergerus. Kader NWDI berani menerjang gelombang tanpa terperosok. Kader NWDI berani membelokkan gelombang tanpa terkapar dalam kekalahan yang memilukan. 

NWDI dengan kader-kader hebatnya, akan terus melaju memahat sejarah dan menentukan masa depan Indonesia dan Islam di bumi Nusantara. Pada Muktamar yang pertama ini, satu dari banyak hal yang menentukan NWDI ke depan adalah siapa yang akan menjadi Sekretaris Jenderal PB NWDI?

Sekretaris Jenderal (selanjutnya Sekjen) yang akan terpilih, akan menjadi Sekjen pertama NWDI. Akan halnya Sekjen sebelum ini, hanyalah kelanjutan dari Sekjen PBNW yang terpilih dalam Muktamar Narmada. Maka sekali lagi, Sekjen dari Muktamar pertama ini, benar-benar akan menjadi yang pertama dan menentukan.

Dalam beberapa kesempatan menemani Syeikh TGB melakukan safari dakwah, dan/ atau mengikuti ceramah Syeikh TGB secara Online, beliau selalu mengingatkan dengan nasehat ulama yang mengatakan “Bidaayatuka nihaayatuka” yang mengandung makna bahwa bagaimana kita mengawali sesuatu urusan, dimungkinkan akan seperti itu pula akhir yang akan berlaku pula. 

Jika di awal sudah baik, insya Alloh diakhirpun akan baik. Sekjen yang pertama ini mestilah yang muncul dari hasil keseriusan mempertimbangkan semua asfek yang ada. Hasil dari kesungguhan menata rencana pengembangan organisasi di masa mendatang. Hasil dari kekompakan dalam satu visi misi melanjutkan perjuangan Almaghfuruloh.

Dalam konteks ke-NWDI-an, secara umum, hanya ada Dua unsur keahlian yang perlu dimiliki oleh seorang Sekjen PB NWDI. Dua unsur tersebut yaitu; 1) Memiliki visi misi kebangsaan dan kemampuan teknis mengelola pergerakan kebangsaan (NW), 2) Memiliki penguasaan yang cukup bagus terhadap ilmu keislaman dengan instrumen pendukung yang konvensional (DI).

Unsur yang pertama, di dalamnya termasuk a) kemampuan menejrial, b) kemampuan mengambil keputusan, menyelesaikan masalah (problem solving), c) kemampuan bekerja sama dengan semua pihak lintas sektor, etnis, dan profesi, d) seorang yang berintegritas, e) memiliki kemauan untuk belajar, f) seorang yang mampu menyusun perencanaan yang strategis operasional. 

Kemampuan ini dimungkinkan ada pada sosok yang seperti Ketua Umum (selanjutnya Ketum) PB NWDI saat ini yang pernah jadi Kepala Daerah. Antara kemampuan Ketum dan Sekjen mestilah sama meski dengan volume yang tidak persis sama. Misalnya jika Ketum memiliki kemampuan menejrial dengan secore 95%, setidaknya Sekjen juga memiliki dengan dengan secore 75%. Begitu juga dengan yang lain. 

Dalam menjalankan roda organisasi, Ketum dan Sekjen akan saling mengisi dan melengkapi. Yang berbeda kemudian, hanyalah pada wilayah pelaksanaan tugas. Misalnya jika Ketum aktif pada urusan luar, maka Sekjen fokus pada urusan dalam, kecuali ada aturan pada AD/ ART yang membolehkan untuk tidak seperti yang tersebut. Kode atau aturan pelaksanaannya harus jelas, pasti, adil dan memiliki kemanfaatan. 

Kemampuan menajerial ini menyangkut keahlian menata ulang kepengurusan organisasi di semua tingkatan di bawah PB NWDI. Mulai dari Pengurus Wilayah sampai Pengurus Anak Cabang. Katakanlah, seperti pelaksanaan Pilkada serentak dalam konteks bernegara, pergantian PW setidaknya Tiga bulan sebelum pelaksanaan Muktamar.

Selanjutnya PD terbentuk Sebulan sebelum Muktamar. Jika diatur peserta Muktamar berasal dari unsur PW dan PD, maka cukup memungkinkan. Halnya pengurus cabang dan anak cabang dilakukan setelah Muktamar. Dengan demikian ada gerak program kegiatan yang sama. Selanjutnya diikuti dengan pendataan semua Madrasah dan pondok pesantren atau lembaga pendidikan sosial dakwah yang sudah terbentuk. 

Dalam hal ini termasuk memberikan pendampingan dalam pembentukan lalu memberikan pembinaan secara struktur, agar manfaat masa depan organisasi bisa dipolakan lebih jelas. Untuk menentukan keberadaan aset organisasi, mesti ada pendampingan dan pembinaan. Pendampingan dalam pembentukan, pembinaan dalam menjalankan program kegiatan. Tidak berlebihan, di sini juga terkait dengan kemampuan mendelegasikan tugas 

Pada unsur pertama point e) menyangkuat keahlian berkomunikasi. Di dalamnya terdapat keahlian berbicara, memberikan motivasi dengan empati bagi para kader muda. Termasuk jauh lebih penting juga keahlian mendengar dengan seksama. Dengan begitu muncul saling pengertian. Everett M Rogers dan rekannya memberikan penekanan pada soal ini. Ada tokoh NWDI yang memiliki kelebihan ini.

Unsur yang kedua sejatinya menyangkut fungsi keagamaan, yang dekat dengan urusan tradisi, kearifan lokal yang masih dipertahankan oleh masyarakat. Sekjen PB NWDI juga perlu memiliki kemampuan tersebut. Dapat menyampaikan pengajian, memberikan mauidzoh hasanah, bisa melebur dalam tata tradisi yang berlaku.

Sekjen tentulah tidak akan hanya bergerak dalam soal menejmen organisasi karena NWDI masih berbasis jamaah. Jika NW itu adalah (maaf) kelas struktural, maka DI itu kulturalnya. NWDI akan kokoh dan kuat jika tidak memisahkan keduanya; negara dan agama/ Indonesia dan Islam.

Lebih lanjut pada tataran teknis, NW dan DI ini tidak semata teori. Tetapi aplikasi yang nyata dengan ukuran yang jelas. Jamaah dapat melakukan pengawasan sebagai bentuk partisipasi jamaah secara terbuka. Oleh karena itu, Sekjen perlu memiliki soft skill khusus seperti Empati. Bahwa seorang Sekjen tidak semata pandai di kelas struktural, tetapi juga cerdas di tingkat kultural.

Mengenai kemampuan problem solving, adalah keahlian memberikan solusi atas masalah yang muncul. Misalnya dalam masalah hukum, jika sebelumnya nyaris semua elemen organisasi disibukkan dengan advokasi keormasan, tetapi saat ini, lebih penting dan urgen semua pengurus yang digerakkan oleh kepiawaian Sekjen mewakili Ketum, perlu berfikir lebih teknis untuk melakukan program advokasi keummatan. 

Di atas semua unsur yang bisa kita sebutkan, tentu penting juga adanya konektifitas emosional antara Ketua Umum dengan Sekjen. Keterpautan emosi ini penting. Sekjen PB NWDI (TGH Hasanain Juaini) dalam sebuah kesempatan memberikan cerita menarik, bagaimana seorang Kaisar dengan Panglima perangnya yang terkepung oleh musuh, sama-sama bersepakat mengatakan “Aku memiliki kamu. Kamu memiliki aku. Kita memiliki Alloh”. Perjuangan itupun berlangsung dengan keberkahan, memperoleh kemenangan yang dapat dinikmati oleh jamaah.

Hal lain yang perlu dicermati, yaitu bahwa NWDI ini Ormas nasional, bukan lokal. Maka Sekjen setidaknya pernah punya jaringan pada tingkat nasional sesuai profesinya saat itu. Jika dia seorang pengusaha, sebaiknya dia pernah punya jaringan organisasi pengusaha ditingkat nasional. Jika dia seorang Kepala Daerah, pernah pula ikut aktif dalam forum Kepala Daerah misalnya. Ini dimaksudkan agar komunikasi dengan semua lapisan, semua pihak di seluruh wilayah Indonesia, dapat berjalan secara efektif.

Denpasar, 29 Januari 2022

Penulis adalah Ketua Departemen Politik Hukum dan HAM Pimpus Pemuda NWDI

Selasa, 18 Januari 2022

Semesta Menyambut Muktamar Perdana NWDI


Oleh: Agus Johandi (Anjum NWDI) 

Hari ini, Selasa 15 Jumadil Akhir 1443 H/18 Januari 2022 pembacaan Hizib Nahdlatul Wathan dalam rangka menyambut muktamar perdana NWDI di tanah kelahirannya (Pancor-Lombok Timur, NTB) disambut oleh alam semesta. 

Tulisan ini mengenang sekaligus mengulas peristiwa yang sama pada masa pendirian NWDI masa lalu. Menurut cerita yang penulis terima dari masyaikh saat ngaji di Ma'had Darul Qur'an wal Hadits bahwa dulu alam semesta menyambut kelahiran madrasah NWDI tahun 1356 H / 1937 M dan kini kelahiran ormas NWDI di tanah kelahirannya. 

Di tengah pembacaan hizib rintik hujan turun untuk mengangkat do’a dan puji yang ada dalam hizib. Doa ketika hujan turun mustajab. Menukil hadits Nabi, dari Sahl bin Sa’d, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Dua do’a yang tidak akan ditolak: [1] do’a ketika adzan dan [2] do’a ketika ketika turunnya hujan.”

Hizib Nahdlatul Wathan memiliki energi yang dahsyat dan mengandung fadilah yang luar biasa. Namun sebab hijab yang masih tebal menghalangi, hanya sebagian yang dapat menyaksikan dan merasakan.

Hizib Nahdlatul Wathan juga bisa menghadirkan pemilik, penyusun dan penghimpunnya al-Maghfurlah Maulanasyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid beserta para auliya’ yang lain. Namun sebab hijab yang masih tebal juga, hanya mereka yang sudah tidak terhijab yang dapat menyaksikannya.

Tanggal 15 Jumadil Akhir tanggal yang mengandung keutamaan, malam purnama, malam persiapan didirikannya NWDI 1356 H dan malam persiapan dibangunnya organisasi Nahdlatul Wathan 1372 H/1953 M.

Dan hari ini Selasa tgl 15 Jumadil Akhir 1443 H/18 Januari 2022 dijadikan sebagai Muqoddimah Muktamar NWDI yang pertama dengan hiziban akbar dan syaafaah limunasabatil awwal yang telah dilakukan oleh al-Maghfurlah Maulanasyaikh yang kini dilanjutkan oleh Sidi Syeikh Tuan Guru Bajang Dr. KH. Muhammad Zainul Majdi, MA.

Semoga NWDI Daaiman Abadaa seperti do’a dan harapan pendirinya. Kita juga senantiasa berharap dan munajat kepada Ilahi Rabb agar perjuangan dan cita-cita bersama dapat terwujud. Menebar syiar dan panji-panji NWDI ke seluruh pelosok negeri. Wallahu'alam.

Kamis, 13 Januari 2022

HAB Kemenag ke-76, Kanwil Launching Buku Berkhidmat untuk Umat


OLEH: M Nurul Wathoni (Kepala MAN 1 Lombok Timur) 

Kakanwil NTB Dr. KH. Zaidi Abdad

Suasana agak berbeda di momentum puncak peringatan Hari Amal Bhakti (HAB) Kemenag NTB ke-76 yang berlangsung 3 Januari 2022 lalu. 

Suasana berbeda itu, tampak semarak launching buku yang dipersembahkan penggiat literasi dari apartur sipil negara (ASN) Kemenag kepada Kakanwil Kemenag NTB. 

Sebelum kegiatan launching, HAB diawali ragam lomba, santunan dan apel. Launching buku yang diharapkan menjadi ikhtiar awal untuk penguatan literasi di jajaran Kemenag NTB.

Buku dengan covernya cukup menarik publik untuk melihat isi dan dilengkapi aneka photo kegiatan, diatur dengan apik dan dibelah dengan pita bendera merah putih, seakan menggambarkan isinya secara utuh. 

Mengutip pidato Kakanwil NTB Dr. KH. Zaidi Abdad  menyebutkan, buku berjudul Kakanwil Kemenag NTB Berkhidmat untuk Ummat sebagai salah satu kado dalam HAB Kemenag ke-76 Tahun 2022.

Buku  sederhana ini berisi tentang rekam jejak dan terobosan serta ide besar Kakanwil Kemenag NTB dalam ikhtiar memberikan layanan terbaik dan berkualitas  bagi ummat dalam bidang sosial keagamaan pendidikan dan lainnya selama satu tahun kepemimpinannya di tahun 2021. 

Buku ini ditulis 4 ASN Kemenag NTB yakni Dr L Sirajul Hadi Kamad MAN 1 Mataram, M Nurul Wathoni, M.Pd Kepala MAN 1 Lombok Timur, H Abd Aziz Faradi, M.Pd Kepala MAN 1 Lombok Barat dan Musa Tatok, MA Kepala KUA Mataram. 

Keempatnya memiliki semangat untuk terus mendorong penguatan literasi di madrasah dan Kemenag NTB secara umum. Para penulis berharap  buku ini menjadi langkah awal untuk bersama-sama kedepan agar capaian prestasi dan ikhtiar personal dan kelembagaan di Kemenag NTB bisa terdokumentasikan dalam bentuk buku atau sejenisnya.

Dr Sirajul Hadi selaku koordinator penulisan menyampaikan, mewakili para penulis mohon maaf atas segala kekurangan dalam buku ini. Mereka berharap banyak masuk agar ke depan bisa lebih baik lagi dan berharap buku ini dapat membawa berkah dan manfaat untuk melengkapi literasi generasi. 

Di sisi lain, buku ini diharapkan menjadi refleksi perjalanan kepemimpinan sekaligus menjadi dokumentasi untuk melakukan penataan dan pengembangan program yang lebih baik dan berkualitas di tahun berikutnya. 

Sebagai gambaran, buku ini berisi 9 sub pokok bahasan yang selama ini menjadi konsen program Kemenag NTB. Sub satu dan enam di tulis oleh Abdul Aziz Faradi yang saat ini menjadi Kepala MAN 1 Lombok Barat. 

Sub itu membahas tentang kiprah dan perjuangan Kemenag NTB dan Kakanwil Kemenag NTB dalam ikut serta menjadi pelopor dan garda depan dalam membangun masyarakat NTB yang toleran dan NTB menjadi rumah bersama bagi masyarakat NTB. 

Di dalamnya hidup dengan rukun, damai yang didasari dengan moderasi agama yang kuat dan dilanjutkan dengan uraian serta terobosan Kemenag NTB dalam meretas jalan baru menuju layanan haji terpadu. 

Sub buku yang kedua ditulis oleh Dr Sirajul Hadi dengan judul 76 tahun kemenag mengabdi bersama dan bangkit untuk berubah. Pada sub bahasan ini berisi tentang sejarah perjalanan singkat kiprah kemenag NTB yang keberadaannya di NTB dimulai dari tahun 1971.

Sub ini dilengkapi dengan pejabat Kakanwil yang pernah menjabat dan sedikit dilengkapi dengan beberapa catatan terobosan yang pernah dilakukan sampai pejabat Kakanwil saat ini. 

Selanjutnya sub ketiga berjudul Inovasi Kemenag NTB, dan Program Digitalisasi Sistem, sub bagian ketujuh berisi tentang Kemenag NTB dalam mewujudkan ikhtiar madrasah hebat, mandiri berprestasi. 

Sub kedelapan berisi judul menuju kemandirian pesantren di NTB ditulis oleh M Nurul Wathoni yang saat ini menjadi Kepala MAN 1 Lotim. Pada tiga sub bahasan ini, penulis memaparkan tentang konsep dan terobosan serta tauladan yang telah dilakukan Kemenag NTB. 

Seperti merealisasikan sistem kerja di Kemenag NTB dan Satker di bawahnya dengan berbasis digital agar kerja menjadi lebih efektif efisien termasuk untuk memotong rantai birokrasi yang berbelit dan lainnya. 

Kemudian dilanjutkan dengan kiprah Kakanwil Kemenag NTB dalam mendorong dan memacu prestasi madrasah dan pontren menuju madrasah dan ponpes yang mandiri berprestasi. 

Banyak terobosan program yang dapat diukur dan dilihat nyata dari terobosan yang sudah dilakukan dan dalam buku sederhana ini dapat digambarkan capaian kemajuan. Walaupun terkesan ringkas, karena keterbarasan ruang penulisan dan seterusnya. 

Pada sub bahasan keempat, kelima dan kesembilan ditulis oleh Musa Atok, MA yang saat ini aktif sebagai KUA Mataram. Pada sub-sub ini Atok menulis tentang  ide dan implementasi 3 program Kemenag NTB di bawah kendali Dr KH Zaidi Abdad.

Di antaranya, program five in one di Kanwil Kemenag NTB, dilanjutkan bahasan tentang program revitalisasi Kantor KUA dan kiprah Program Gerakan Jambu Mekar di Kemenag NTB sebagai inovasi baru.

Program Jambu Mekar ini adalah gerakan sosial Jumat Seribu Membangun Wakaf untuk Rakyat yakni salah satu program rintisan dari Kakanwil Kemenag NTB dalam upaya Kemenag NTB dan jajaran di bawah memiliki kontribusi. 

Misalkan madrasah punya kontribusi nyata dalam ikut serta membangun ummat dan meningkatkan kepedulian sosial insan kemenag bagi pembangunan umat dan tentu program ini dijalankan dengan  sukarela, keikhlasan, dan tidak ada unsur paksaan atau semacamnya.  

Buku ini memang masih jauh dari sempurma dan belum komprehensif dalam memberikan catatan pada proses, terobosan dan capaian prestasi-prestasi Kemenag NTB selama satu tahun di tahun 2021.

"Namun paling tidak langkah ini merupakan ikhtiar awal untuk kedepan bisa menghadirkan karya yang lebih baik dalam merekam rangkaian program sebagai refleksi dan evaluasi dalam melakukan penyempurnaan di masa datang," ungkap Dr Zaidi Abdad saat menerima buku dari para penulis sebelum memulai acara launching. 

Penulis juga sampaikan terma kasih kepada Kabid Bimas Islam Kanwil Kemenag NTB Drs H Azharuddin yang ikut serta dalam menyusun draf awal buku didampingi H Saipunnasri analis Kehumasan Kanwil Kemenag NTB. 

Terakhir, penulis juga sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dan suport sehingga buku itu hadir untuk kita semua. Semoga bermanfaat dan membawa berkah. Aamiin. 

Kepala MAN 1 Lombok Timur M Nurul Wathoni


Selasa, 20 Juli 2021

Makna Perubahan Dalam Proses Kualitas Hidup

OLEH: AHYAR ROSYIDI (Pengajar di STIT NU Almahsuni Lombok Timur – NTB)



"Tak akan kenyang bila tak makan. Tak akan berilmu bila tak belajar. Tak akan sehat bila tak berobat. Tak akan berubah bila tak memulai."

Opini ini berawal dari sebuah cerita masa lalu di awal tahun 2006 yang lalu, saat itu orang tua penulis hendak memberikan sepeda motor pada penulis. Dengan raut muka yang penuh harap sambil menatap tajam, beliau menyampaikan sebuah kalimat dalam bahasa Sasak. "...ni nak sepede motor jari umaq kamu, lemak harus ne bau begentik ruen motor ini. Lamun ndek bau begentik ruen motor ini, setui jatin kamu ni ndek manusia aran...”

Teringat akan hal di atas, mengetuk hati penulis untuk dapat menulis makna dibalik kata "perubahan" dalam proses kualitas hidup. Adanya suatu perubahan yang terjadi tidak sekadar menitikberatkan pada suatu perubahan wujud metafisik namun perubahan itu juga harus dapat melibatkan terjadinya perubahan sifat dan fungsinya, atau dalam bahasa yang lain yakni mencerminkan makna dan nilai yang lebih tinggi. 

Lebih dari itu, meskipun kita menjadi puncak tertinggi dari kesempurnaan zahir dan bathin atas penciptaan Alloh, namun tetap saja kata "perubahan" pada kualitas diri kita itu harus tetap ada, karena disisi lain dari kesempurnaan manusia itu masih belum selesai sampai saat ini. Oleh karena itu, tetap saja kita harus terus berjuang dalam menyempurnakan kualitas diri kita sebagaimana firman Alloh dalam QS. Al-Syams: 7-10.

Artinya : Dan jiwa serta penyempurnanya (ciptaanNya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.QS. Al-Syams: 7-10.

Dalam tradisi kehidupan selalu ada dua sisi mata dadu berbeda yakni hitam dan putih, susah dan senang, baik dan buruk sehingga menuntut kita untuk terus melakukan perubahan esensi makna dan nilai pada diri. Dan itu menjadi tangga yang harus kita lalui untuk mendaki ke peringkat yang lebih tinggi dalam rangka meningkatkan kualitas hidup. Hakikat perubahan tersebut diatas juga telah dicontohkan oleh Alloh SWT dalam Alquran surat Al-Mu'minun ayat 12-14 yang artinya:

''Dan, sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian, Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan segumpal darah. Lalu, segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang. Lalu, tulang belulang itu Kami bungkus daging. Kemudian, Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain ..."

Bila kita cermati, dalam suatu perubahan, tentu yang perlu dipahami adalah seluruh bentuk dalam diri kita dan yang terhampar luas di jagat raya ini merupakan simbol yang menjadi objek pengamatan dan renungan. Oleh sebab itu, tentu betapa hinanya asal muasal keadaan kita yang semula hanya setetes air mani, kemudian Alloh merubah bentuk air mani sampai pada akhirnya Alloh merubahnya lagi menjadi manusia yakni mahluk yang paling sempurna. 

Perubahan bentuk menjadi manusia tentu menjadikannya banyak misteri, menyelimuti rahasia yang patut untuk dikaji agar kita menemukan beragam makna dan nilai sebagai filosofi kehidupan di dalamnya. Namun kenyataannya, sebagian besar orang awam memandang hidup ini seperti dalam ruangan yang gelap gulita, tanpa ia dapat melihat sesuatu apapun dengan jelas. 

Hanya saja perasangka mereka menjawab apa yang dapat diraba dari kegelapan itu. Keadaan inilah yang terus membuat kita tetap berada dalam kebutan dan terus berada pada tataran bentuk atau simbol saja. Namun, berbeda kondisinya bagi mereka yang punya kepekaan, akan dapat melihat segala sesuatu dibalik simbol pada diri mereka sendiri dan di luar dirinya sehingga mereka dapat menghadiran beragam makna dan nilai sebagai filosofi dalam kehidupan mereka. 

Selain itu, ada kecendrungan bagi mereka untuk merubah setiap bentuk yang ada, hanya agar dapat mengetahui apa dan bagaimana dari bentuk itu sendiri jika terjadi sesuatu perubahan atas bentuk tersebut. 

Dari hal di atas, tentu perubahan itu hakikatnya adalah tak lain dapat bertambahnya ilmu pengetahun, bertambah jernihnya psikologi bathin dan berubahnya perilaku dalam hidup. Selain hal di atas, makna lain dari perubahan adalah dapat meningkatnya kesejahteraan ekonomi serta pekerjaan yang lebih layak bagi kita. Sehingga dengan demikian dapat memberi manfaat untuk dirinya dan juga dapat dinikmati oleh mahluk Alloh yang lain.

Sebagaimana penulis juga teringat akan seseorang sahabat di tanah Bali, beliau berpesan padaku, janganlah barpangku tangan pada keadaanmu saat ini, rubahlah gaya hidupmu dari sekedar menolong mengobati segelintir orang saja. 

Namun bilamana kamu telah menjadi orang besar tentu kamu akan dapat menolong lebih banyak orang dengan satu kebijakanmu. Bukankah dalam agamamu orang yang paling baik itu adalah orang yang paling bermanfaat untuk orang lain. Untuk itu, rubahlah keadaanmu menjadi lebih baik. 

Dari hal di atas, firman Alloh SWT dalam QS. Ar-Ra’d memberikan penegasan kepada kita semua yang artinya: "Sesungguhnya Alloh tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka” (QS. Ar-Ra’d: 11)

Dari hal di atas, dapat kita cermati bahwa Alloh memberikan kita peluang untuk mengubah gaya hidup, mengubah garis nasib dengan meningkatkan kesejahteraan ekonomi, pekerjaan, spiritual yang lebih tinggi, kecerdasan  aqal pikiran yang lebih luas dalam memandang hidup, serta psikologi bathin dalam menjalankan hidup. 

Suatu perubahan yang bertujuan mengembalikan manusia kedalam fitrahnya dimana manusia seutuhnya berhak untuk bahagia, sejahtera dan damai. Hanya saja, banyak orang yang kebingungan saat hendak memulainya. Sehingga hal tersebut sering menjadi pertanyaan kita. Darimana kita harus memulai perubahan itu..? 

Meski kita hidup pada zaman modern seperti ini, tak menjamin kita bisa melakukan banyak hal. Pikiran kita seringkali belunder pada masalah apa yang harus dikerjakan, darimana saya harus mulainya. 

Masalah beban perasaan dan pikiran untuk menggapai impian, cita-cita dan harapan juga menuntut jalan mana yang harus kita pilih, dan harus diakui bahwa ada banyak alasan yang melatar belakangi keinginan tersebut. 

Sebagian orang beralasan, kurang modal yang menjadikan mereka sampai sekarang masih belum menjalankannya yang sebenarnya sudah sejak lama direncanakan. Modal utama sebenarnya bukanlah uang, melainkan kemampuan dari sisi internal dalam diri.

Kemampuan disini merujuk kepada ide atau gagasan yang terukur secara ilmiah berdasarkan kemampuan, psikologi bathin dalam menerima suasana untung dan rugi. Ide setiap orang berbeda-beda, ada yang langsung ingin memiliki sebuah usaha besar, rumah mewah atau ada juga yang ingin usaha kecil-kecilan terlebih dahulu. 

Namun baiknya diawali dengan sesuatu yang sederhana yang dapat kita takar dengan kemampuan akal logika, materi dan lainnya. Karena dengan hal tersebut menjadi jembatan kita melangkah ke sesuatu yang lebih besar. Tanpa semacam itu kita tidak mungkin dapat menempuh impian, cita-cita, dan harapan.

Selasa, 01 Juni 2021

Implementasi Tata Cara Doa Orang-orang Makrifat

OLEH: AHYAR ROSYIDI (Tenaga Pengajar STIT NU Lombok Timur)



"Jadikan doamu seperti halnya suasana kalian sedang berpacaran"

Dari semenjak kecil kita telah berdoa, namun dari keseluruhan doa kita hanya sebagian kecil saja yang dapat kita lihat dan nikmati hasilnya di dunia ini. Doa yang kita panjatkan tahun lalu bahkan dari 10 tahun yang lalu belum terasa sampai saat ini, keinginan kita yang menginginkan sesuatu seperti berziarah ketanah suci, punya tempat tinggal, pendidikan tinggi, punya sepeda motor, menikah dan lainnya, kadang kesemuanya itu tak dapat kita lihat hasilnya sampai datangnya masa tua.

Maka dengan demikian, selayaknya kita berdoa seperti yang telah diajarkan oleh guru-guru kita, yang didalamnya ada rentetan tata cara, adab dan puji-pijian kepada-Nya. Dengan pengenalan kita terhadap Alloh SWT yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang kepada hambanya kadang berangsur-angsur terkikis yang membuat kita pisimis dalam berdoa.

Namun, perlu kita garis bawahi bahwa Alloh itu juga Arsitektur terbaik, Dia pandai merancang , mendisain sesuatu untuk hambanya. Ketidaknampakan wujud sifat pemurahnya Tuhan lantaran kita sendiri yang tidak mempunyai kemampuan atas apa yang kita doakan dan bisa jadi hal tersebut juga tidak baik atau menimbulkan mudorat pada diri kita.

Bila kita umpamakan, Tuhan itu ibaratnya seperti orang tua kepada anaknya, bahkan lebih pemurah dan lebih sayang dari orang tua yang sayang pada anaknya. Kegelimangan harta yang dimiliki orang tua akan ditunjukkan melalui kecukupan dan kesesuaian dari kebutuhan anaknya. Orang tua yang bijak tak akan memberikan sesuatu kepada anaknya bila sesuatu itu diluar kemampuannya, mungkinkah orang tua itu akan memberikan anaknya yang masih balita sebuah mobil mewah meski punya uang tereliunan..? Begitu pula dengan Alloh SWT.

Kemampuan disini merujuk kepada usaha manusia untuk mewujudkan doanya. Kata kunci "Kemampuan".
Kemampuan dasar yang dimiliki manusia pada umumnya adalah akal pikiran atau logika yang didalamnya membentuh halusinasi atau daya hayali dan imajinasi, maka gabungan dari kedua ini akan menimbulkan daya cipta pada diri kita yang mendorong munculnya iman atau percaya pada sesuatu yang kita konstruksikan di alam pikiran bawah sadar kita. Barulah di sini fungsi akal mengamiinkan sehingga sesuatu itu bisa berwujud abstrak.

Untuk itu, doa yang dipanjatkan haruslah jelas tersirat dalam hati sanubari kita dan jelas nampak dalam bayangan halusinasi dan imajinasi kita yang terukur secara ilmiah. Sebagian besar manusia dikala berdoa tentang suatu kadang tidak tampak jelas apa yang ia konstruksikan dalam alam pikirannya.

Kemampuan kita dalam merepleksikan doa juga tergantung dari kemampuan kita membangun konstruksi dialam pikiran dan tercermin sebagai tingkah laku sehari hari. Oleh karena itu pentingnya kita memahami arti bacaan doa yang kita lantuntan.

Dalam hal ini, penulis ingin coba menguji kita pembaca..!, yang terbiasa mengais rezeki (uang) Rp. 100 ribu per hari kemudian bayangin uang Rp10 juta itu dalam alam pikiran kita. Pikirkan kemana kalian akan melangkah, lewat siapa rezeki itu Alloh titipkan? Apa nilai jual yang akan kalian tawarkan kepada mereka hingga dalam alam pikiran kalian terlihat jelas uang 10 juta tersebut?

Kemampuan kita kadang terbatas untuk memikirkan itu. Oleh sebab itu, jika dalam alam pikiran saja kita tidak punya kemampuan apalagi di dunia nyata kita pasti tidak mampu, karena gerak kita dipengaruhi oleh alam pikiran kita sendiri atau bahasa barunya nasibmu bergantung pada perilakumu.

Dalam pembahasan kali ini, akan kita coba membahas sisi lain dari tata cara kita dalam berdoa. Bagi para ahli makrifat doa mempunyai beberapa tingkatan. Pertama, doa yang diungkapkan dengan  lisan. Kedua, doa yang diungkapkan dengan bahasa batin atau kalbu.

Sebagaimana kalangan ahli makrifat, sikap batin seperti ini justru merupakan sebuah ungkapan paling sejati di hadapan Tuhan. Bahkan, kondisi doa seperti ini dianggap lebih baik dan lebih kuat karena doa yang diungkapkan dengan menggunakan bahasa keadaan. Atau kedalaman rasa diserupakan dengan 'Suara Tuhan'.

“Rasa” yang menyatakan keadaan diri kita di saat berdoa yang dibawa dalam kesehari-harian kita. Peranan 'rasa' yang amat penting menjadi tolak ukur sejauh mana keinginan dari seseorang untuk meraihnya. Dalam berdoa rasa tidak hanya dilakukan disaat berdoa namun tetap di bawa dalam kehidupan kita sehari-hari seperti halnya kita mencintai seorang gadis atau pemuda.

Umumnya mereka merasakan dan menghayati kekasihnya pada setiap saat. Bila kita bawa suasana hati seperti keadaan ini, maka akan tumbuh mental dan berani berkorban. Pernahkah kita merenungkan sejenak, berapa banyak orang ingin menginjakkan kakinya di tanah suci Makkah Almukarromah. Namun tak banyak orang yang bernasip baik untuk pergi kesana.

Apa yang keliru pada diri kita..? tak lain adalah 'rasa' itu sendiri, niat dan keinginan seringkai hanya tersirat dikala kita hendak mengantar jamaah haji. Selepas itu, perasaan itupun hilang dan datang setahun kemudian pada musim haji yang akan datang.

Pernahkah kita pingin sepeda motor, namun tak berani datang ke deler lantaran tak cukup uang untuk membeli nya...? Cobalah datang meski hanya untuk melihatnya saja, dengan melihatnya akan memicu rasa cinta yang lebih besar untuk memilikinya.
Kekuatan, kehebatan dan 'kesaktian' dari rasa itu seharusnya tercermin seperti dikala kita sedang mencintai seorang gadis, tak sekali tapi berulang kali kita membayangkan wajahnya dalam sehari semalam.

Semakin besar perasaan kita, maka semakin besar pula keberanian dan pengorbanan kita untuk meraihnya. Perasaan dengan rasa rindu yang besar pula membuat kita berani datang malam-malam ke rumah seorang gadis meski harus lewat kubur. Inilah makna kekuatan rasa yakni mempertemukan kita dengan sesuatu yang kita bayangkan.

Nah, bagaimana kalau 'rasa' itu kita hadirkan dalam nuansa yang lain seperti keinginan kita memberikan pendidikan tinggi pada anak, menginjakkan kaki di tanah suci dan lainnya. Wallahu'alam. Selamat mencoba..!!!

Minggu, 23 Mei 2021

Pembelajaran Berdiferensiasi Sebagai Strategi Pembelajaran yang Berpihak Pada Murid

OLEH: Misbah, S.Pd (Guru SD Negeri Bajo Kecamatan Soromandi Kab. Bima-NTB)



SEBAGAI pemimpin pembelajaran di kelas seorang guru pasti akan melakukan berbagai hal dan strategi sehingga pembelajaran bisa terlaksana dengan lancar dan optimal, misalnya menyiapkan  rencana pembelajaran juga  pengelolah kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar murid, semua itu dilakukan oleh seorang guru agar tercapai tujuan pembelajaran yang berdasarkan kurikulum. Salah satu rutinitas guru yang pasti dilakukan adalah menyiapkan Rencana Persiapan pembelajaran (RPP). 


Apapun kurikulumnya mulai dari kurikulun 1984 dengan pembagian mata pelajaran dengan cara belajar siswa Aktif (CBSA) biasa disebut kurikulum CBSA sepuluh tahun kemudian kurikulun 1984 diganti lagi dengan kurikulum 1994 dikenal dengan kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).  Kurikulum KBK ganti lagi  kurikulum 2006 yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)  dan yang digunakan sekarang adalah kurikulun  2013 (K13). 


Meskipun kurikulum yang berlaku diganti dengan nama yang berbeda-beda namun bagi seorang guru merancang Rencana Persiapan Pembelajaran (RPP) tetap rutin dilakukan  karena menjadi kebutuhan sebagai persiapan dalam merancang strategi pembelajara di kelas.  Selama ini pembuatan RPP hanya fokus pada tujuan pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan penilaian tanpa melihat bagaimana pengeloaan kelas yang memenuhi kebutuhan murid secara individu, minat, kesiapan dan profil belajar murid yang bisa menciptakan pembelajaran yang efektif.


Untuk membantu guru dalam merancang pembelajaran yang berpihak pada murid maka sekarang dirancang pembelajaran yang memperhatikan aspek kebutuhan belajar murid, minat dan profil belajar murid yang dikenal dengan  Pembelajaran Berdiferensiasi. Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid (Tomlinson, 2001). Pembelajaran Berdiferensiasi ini adalah serangkaian pembelajaran yang dirancang oleh guru dalam RPP yang berorientasi pada kebutuhan belajar murid. Dalam RPP yang dibuat terkait dengan;

  1. Cara guru menciptakan lingkungan belajar yang mengundang murid untuk belajar guru akan berusaha untuk mencapai tujuan yang maksimal dan memastikan setiap murid di kelasnya sehingga murid mengetahui bahwa akan selalu ada dukungan  untuk mereka di sepanjang proses pembelajaran.
  2. Tujuan pembelajaran  terdifinisi secara jelas  sehingga mudah dipahami baik oleh guru maupun oleh murid.
  3. Membuat penilaian yang berkelanjutan dengan menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilain formatif yang telah dilakukan untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan atau sebaliknya murid mana yang lebih dahulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan sehingga guru bisa memberikan remedial bagi siswa yang masih ketinggalan dan pengayaan bagi siswa yang sudah memahami materi pembelajaran.
  4. Guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya sehingga guru akan menyesuaikan rencana pembelajaran yang bisa  memenuhi kebutuhan belajar, profil, dan minat belajar murid sehingga guru akan menggunakan sumber pembelajaran serta penugasan dan penilaian yang berbeda-beda. 
  5. Guru akan membuat menejemen kelas yang efektif sehingga tercipta proses, rutinitas dan metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas juga struktur yang jelas, sehingga kegiatan di kelas akan lebih efektif.


Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan bagaiman guru merespon kebutuhan belajar murid sehingga perlu melakukan identifikasi kebutuhan belajar dengan lebik komprehensif agar dapat merespon dengan lebih tepat terhadap kebutuhan  belajar murid. 


Dalam pembelajaran berdiferensiasi guru akan melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid sehingga guru bisa menciptakan pembelajaran  yang efektif dan efisien, namun tepat sasaran  pada tujuan dan proses belajar yang berpihak pada murid.  Pembelajaran berdiferensiasi akan nampak dalam RPP yaitu dalam langkah-langkan pembelajaran. 


Pemetaan kebutuhan belajar siswa dalam pembelajaran diferensiasi terdiri dari tiga langkah yaitu:

  1. Pemetaan kebutuhan belajar berdasarkan  kesiapan melajar murid  pemetaan kebutuhan yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid dalam mempelajari materi baru dengan menggunakan berbagai strategi dan lingkungan belajar yang tepat dengan dukungan sumber belajar yang sesuai sehinnga  siswa akan mampu memahami dan menguasai materi baru yang ajarkan. Ada banyak cara untuk membedakan kesiapan belajar. Tomlinso (2001) mengatakan bahwa merancang pemelajaran berdiferensiasi mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar compact disc (CD).  Untuk  mendapatkan kombinasi suara terbaik biasanya kita akan menggeser-geser tombol tersebut. Artinya dengan metode pembelajaran berdiferensiasi ini guru  menyesuaikan metode dan strategi pembelajaran yang tepat untuk menyesuaikan kebutuhan belajar murid sehingga siswa siap menerima materi pelajara dengan jenis kegiatan yang sesuai dengan minat belajarnya.
  2. Pemetaan kebutuhan belajar berdasarkan Minat belajar murid. Minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Dalam merancang  pembelajaran tentu memiliki tujuan di antaranya membantu murid menyadari dalam pembelajaran selalu ada kecocokan antara sekolah dan keinginan mereka sehingga akan menumbuhkan minat belajar yang akan membuat mereka belajar dengan kemauan sendiri siswa juga akan menyadari ada keterhubungan antara semua pembelajaran dengan minat dan keinginan mereka,  karena guru menggunakan ketrampilan atau ide-ide  yang yang sering didengar oleh murid sehingga murid akan lebih cepat memahami pelajaran yang diterimanya dengan metode pembelajaran yang sesuai dengan minat belajar ini siswa akan meningkat motivasi belajarnya. Merancang pembelajaran dengan memperhatikan minat belajar siswa dapat di lakukan dengan berbagai cara antara lain; meminta murid untuk memilih apakah mereka ingin mendemonstrasikan pemahaman dengan cara mereka sendiri misalnya anak yang suka bernyanyi akan mendemonstrasikan pemahamanya dengan melalui lagu, anak yang suka menggambar akan menuangkan pemahamanya dalam bentuk gambar. Guru juga bisa menggunakan strategi investigasi kelompok berdasarkan minat, misalnya anak yang mempunyai minat yang sama akan di kelompokan. Siswa juga bisa diminta untuk mmembuat sebuah ketrampilan sesuai dengan minatnya dan siswa sendiri yang akan penentukan ketrampilan yang akan mereka buat sehingga bakat dan kreatifitas siswa akan tereksplor dengan maksimal.
  3. Pemetaan kebutuhan belajar berdasarkan profil belajar murid. Tujuan dari pemetaan kebutuhan belajar berdasarkan profil belajar adalah untuk memberi kesempatan pada murid untuk belajar secara natural dan efisien, ini berhubungan dengan gaya belajar siswa yang mempunyai profil belajar sndiri. Hal ini sangat penting diketahui oleh guru agar dapat memvariasikan metode dan pendekatan mengajar. Seorang guru harus memperhatikan beberapa hal yang berhubungan dengan profil belajar murid karena profil belajar murid berkaitan dengan banyak faktor seperti lingkungan, bahasa, budaya, dan gaya belajar siswa. 


Hal-hal yang perlu dipehatikan oleh guru dalam pemetaan kebutuhan belajar berdasarkan profil belajar siswa antara lain;

  1. Faktor lingkungan seperti suhu  ruangan, aktifitas pembelajaran, tingkat kebisingan dan jumlah cahaya dalam ruangan. Faktor lingkungan ini harus diperhatikan betul oleh serang guru sehingga faktor penghambat seperti suhu ruangan yang tetlalu panas, ruangnan yang telalu bising, dan pencahayaan harus di atur sehingga proses pembelajaran bisa berjalan dengan nyaman. 
  2. Visual yaitu gaya belajar siswa yang harus dengan melihat seperti pembelajaran yang menggunakan diagram, pawer poin, catatan, peta, grafik atau benda-benda kongkrit yang ada di sekitar siswa. 
  3. Auditori adalah profil atau gaya belajar siswa dengan mendengar misalnya belajar sambil mendengar musik atau belajar dengan mendengar teman lain yang membaca dengan suara keras juga belajar sambil membaca dengan suara keras.
  4. Kinestetik yaitu belajar sambil melakukan sesuatu seperti membaca sambil bergerak dan merenggangkan tubuh, menjelaskan sesuatu sambil memperagakan atau belajar sambil berjalan atau berpindah-pindah tempat sehingga anak anak yang mempunyai profil belajar kinestetik biasanya tidak bisa diam.

Dengan memperhatikan ketiga aspek dalam mengkategorikan kebutuhan belajar murid maka guru akan bisa mengoptimalkan pembelajaran yang bisa di kembangkan sesuai deangan kebutuhan siswa sehingga akan mempunyai dampak yang positif bagi murid. Pembelajaran berdiferensiasi menjadi angin segar bagi seorang guru untuk merancang pembelajaran yang menarik efisien dan berpihak pada murid.

Sabtu, 15 Mei 2021

Makna al-Fithrah dalam Teologi Ma'rifat (Menyelami Kesadaran Bathin)

OLEH: AHYAR ROSYIDI (Pengajar di STIT NU Almahsuni Lombok Timur)




Lā haula wa lā quwwata  illā billāhil 'aliyyil azhīmi

Menyelami akan kesadaran diri adalah perjalanan dalam melintasi alam bathin dan pikiran yang merupakan suatu proses pengembalian manusia pada titik fungsinya, kesadaran juga pada intinya adalah untuk mengembalikan manusia kedalam kesucian primordial (al-Fithrah). Saat dimana sang Maha Esa menghadirkan diri-Nya secara lansung di dalam hati manusia dan melantunkan simponi abadi dalam keselarasan prasaan, akal pikiran dan keindahan dari keselarasan tingkahlaku manusia yang agung.

Oleh sebab itu, dalam teologi ma'rifat untuk menempuh suatu Kesadaran yang hakiki, haruslah seseorang itu  meniadakan wujud perilaku dirinya, bahwa tiada daya dan upaya kita melainkan atas kuasa Tuhan, bahwa segala gerak dalam diri kita tak lepas dari Kehendak-Nya. Pada kenyataan ini, manusia itu benar-benar dalam keadaan fakir miskin dalam segala perbuatan, fakir dalam segala yang ia miliki. Maka dengan demikian, manusia itu berhak mendapatkan belas kasihan dari Sang Maha Pencipta.

Namun dilain sisi, seseorang yang telah diambang ke-Tuhanan itu akan sulit menemukan titik kesadaran, karena pemahaman yang sudah mendarah daging dan mengental. Artinya tiada siapapun yang berkehendak atas dirinya melainkan dirinya, tiada kuasa atas dirinya melainkan ia jua. Maka, timbul jadinya seseorang semaumaunya dan lepas semua sifat haram pada dirinya. Manusia yang ditempatkan dihatinya dengan penuh rasa kaya, dan segala yang terjadi lantaran ia maka inilah gerbangnya keserakahan, kesombongan, iri dengki, dan lainnya.

Meletakkan manusia dalam kepatuhan, kerendahan, dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan akan hilangkan keangkuhan, hilang kesombongan, hilang pula sifat iri, dengki dan mencerminkan manusia yang menjadi sisi lain dari keindahan al-Qur'an yang suci.

Keberadaan al-Qur'an juga dalam mengembalikan kesadaran manusia itu sendiri (al-Fithrah), melewati segala bentuk perintah dan larangan Tuhan di dalamnya. Selain itu bahwa alam semesta juga adalah Kalam Illahi dan pelengkap ayat-ayat suci tertulis yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Kesadaran ini diperkuat dengan tata cara perilaku yang secara naluriyah mengembalikan pada keadaan primordialnya yang tergambar dari untaian bahasa al-Qur'an.

Dengan demikian, rahasia dari kesadaran itu tak lain adalah menyadari adanya segala bentuk kehidupan itu karena adanya Zat yang maha berkuasa atas segala sesuatu, demikian pula ragam aneka warna dalam rupa, keinginan dan perilaku hidupnya kita juga tak lepas dari kuasaNya. Dengan demikian, Dia yang berdiri sendiri dalam ramainya kehidupan dan mengajarkan manuisia dalam melestarikan kehidupan dengan penuh kebijaksanaan.

Demikian juga halnya, kesadaran itu merupakan keadaan ruh yang dimanifestasikan dalam rasa di hati sanubari manusia dan memancarkan cahaya ke dalam alam pikiran dan perilaku manusia, hingga segala bentuk tingkahlaku bermula dari alam pikiran, kemudian pikiran pun bermula dari keadaan hati sanubari, dan segala yang muncul dari keadaan hati itu dari pada keadaan rasa atau ruh yang menjadi jasad daripadanya rahasia dan rahasia menjadi tempat mahligai Tuhan Yang Agung yang menjadi sumber af'al (perbuatan) manusia. Wallahu'alam.

Rabu, 21 April 2021

KARTINI NTB GEMILANG

OLEH: Dr. Kadri, M.Si

(Pemerhati Sosial Politik)

 

SETIAP momen Hari Kartini acap kali kita diingatkan dengan sosok seorang Ibu R.A. Kartini yang oleh pemahaman mutawatir publik dianggap sebagai perempuan yang menjadi ikon dan pejuang emansipasi perempuan. Oleh karena itu merefleksi peringatan hari Kartini setidaknya ada dua aspek yang selalu dibicarakan; pertama, figur seorang perempuan dengan kapasitas personal yang dimilikinya; dan kedua, nilai-nilai yang diperjuangkannya beserta kontribusi serta konsekuensi sosial yang dipersembahkannya. Atas dua hal inilah maka momentum hari Kartini akan selalu kontekstual untuk kita kaitkan dengan figur atau tokoh perempuan di setiap wilayah beserta kontribusi yang dihadirkannya secara sosial bagi lingkungan atau daerahnya.


Tulisan ini memilih Ibu Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah, M.Pd (selanjutnya ditulis Ummi Rohmi), Wakil Gubernur NTB sebagai sumber refleksi untuk dikaitkan dengan eksistensinya sebagai tokoh perempuan dan kontribusinya bagi Provinsi NTB. Pilihan ini bukan tanpa alasan karena Ummi Rohmi penulis anggap sebagai ”tokoh fenomenal” dengan perjalanan karier yang dinamis dan performa kinerja yang menggembirakan di setiap ”lahan” pengabdian yang ”digarapnya”. Meskipun tulisan ini tidak steril dari subjektivitas penulis tetapi fakta-fakta yang terurai di dalamnya akan mereduksi unsur-unsur subjektivitas tersebut sehingga tulisan ini tidak termasuk dalam kategori kumpulan pujian subjektif.

Dalam konteks pendidikan yang dipilihnya, Ummi Rohmi layak menjadi inspirasi bagi perempuan di NTB. Layak jadi inspirasi tidak hanya karena telah menuntaskan jenjang pendidikan hingga Program Doktoral tetapi juga keberaniannya untuk ”keluar” dari pakem tradisi keluarga santri dan pondok pesantren yang biasanya belajar di Madrasah dan Perguruan Tinggi Agama. 


Ummi Rohmi kecil memilih sekolah di SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi favorit seperti di Jurusan Teknik Kimia, ITS Surabaya di akhir tahun 80 an. Lewat pengalaman pendidikan seperti ini Ummi Rohmi ingin mengatakan bahwa santri dan keluarga besar Pondok Pesantren bisa jadi insinyur dan bisa bersaing dengan keluarga-keluarga yang dibesarkan di luar lingkungan Pondok Pesantren.

Keberaniannya untuk keluar ”kandang” demi mencari ilmu di lembaga pendidikan ”sekuler” dan favorit setidaknya turut membentuk pola pikir terbuka dan karakter inklusif dari cucu tokoh agama kharismatik, pendiri Ormas terbesar di NTB (NW) dan juga Pahlawan Nasional, TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid ini. Sikap inklusif-lah yang membuatnya tidak keberatan untuk bekerja sebagai General Foreman di PT Newmont Nusa Tenggara, salah satu perusahaan asing yang pekerjannya didominasi oleh laki-laki. 


Keberaniannya sebagai perempuan yang tidak ingin kalah dari laki-laki juga ditunjukkannya saat Ummi Rohmi memutuskan untuk terjun di dunia politik. Tidak tanggung-tanggung, ibu tiga anak ini langsung menjadi Ketua DPRD Kabupaten Lombok Timur di tahun 2009-2013 dan Wakil Gubernur NTB di tahun 2018-2023. 


Ummi Rohmi menjadi pemenang di dua posisi berbeda tersebut dengan mengalahkan mayoritas politisi laki-laki yang menghendaki jabatan tersebut. Pengalaman politik Ummi Rohmi layak menjadi spirit bagi kaum hawa untuk tidak menjadi sub-ordinat dari laki-laki dan menjadi pesan penting bahwa perempuan tidak kalah dengan laki-laki meskipun perempuan menjadi kontestan dengan jumlah terbatas dalam pentas kontestasi politik.

Keterpilihannya dalam kontestasi politik seperti Pilgub NTB tahun 2018 tidak terlepas dari kerja keras, serius, dan terukur yang dilakukannya bersama pasangannya, Dr. H. Zulkieflimansyah. Roadshow dan direct selling door-to-door yang dilakukan saat kampanye mengindikasikan dirinya sebagai politisi serius dengan nyali menang di atas rata-rata. 


Keseriusannya dalam kerja politik saat kontestasi ditransformasikannya saat berhikmat menjadi Wakil Gubernur. Tidak akan banyak yang membantah bila dikatakan bahwa Ummi Rohmi adalah Wakil Gubernur yang perfectionis, serius, konsisten, dan tegas mengawal setiap program pemerintah provinsi sehingga kewibawaannya sebagai Wakil Gubernur sangat kental terlihat. Sikap pemimpin seperti ini penting untuk bisa menarik gerbong birokrasi agar lebih akseleratif mewujudkan tujuan pembangunan daerah sesuai dengan janji politik yang telah diikrarkan saat Pilgub dan tertuang dalam RPJMD.  

Dua dari sekian program unggulan Pemprov NTB yang secara khusus dikawal Ibu Wakil Gubernur adalah Revitalisasi Posyandu dan Zero Waste. Dua program unggulan ini memperlihatkan geliat kemajuan yang menggembirakan. Penugasan dari Gubernur ini dinilai tepat bagi Wakil Gubernur karena program-program tersebut sesuai dengan passion Ummi Rohmi, yang sensitif dengan masalah kebersihan dan secara emosional dekat dengan ibu dan anak. 


Alhasil, Pemprov NTB mampu meningkatkan strata posyandu secara bertahap menuju posyandu keluarga (2000 posyandu keluarga yang ditargetkan di tahun 2020 sudah tercapai) dan juga penguatan kapasitas SDM pengelola posyandu yang hasilnya menunjukkan adanya peningkatan jumlah kader posyandu yang terlatih dan bersertifikat dari tahun ke tahun. Program revitalisasi posyandu dapat dimaknai sebagai upaya optimalisasi peran ibu-ibu (perempuan) dan rumah tangga dan lingkungan sosialnya sebagai ujung tombak membangun ketahanan keluarga untuk mengatasi persoalan-persoalan sosial di level terbawah. Bila hal ini mampu dimaksimalkan maka persoalan-persoalan yang masih menjadi PR bagi daerah NTB seperti stunting, gizi buruk, kematian ibu hamil dan bayi akan dapat diatasi.


Pada program Zero Waste juga memiliki progress yang menggembirakan. Di samping sukses mendorong Perda No. 5 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah, sebagai bagian dari ikhtiar untuk NTB Bebas Sampah Tahun 2025 yang secara regulatif tertuang dalam Pergub No. 14 Tahun 2020 , Pemprov NTB juga mampu mendorong pemerintah kabupaten/kota untuk membuat regulasi terkait. Sembilan dari sepuluh kabupaten/kota telah memiliki Perbup terkait Jakstrada Persampahan. Terbangunnya kesadaraan dan partisipasi publik dalam pengelolaan sampah menjadi nilai tambah tersendiri dari program Zero Waste Pemprov NTB, apalagi hingga akhir tahun 2020 telah terbentuk 458 unit Bank Sampah di NTB. Pemprov NTB juga telah mendorong investasi dalam pengelolaan sampah seperti pembangunan reaktor BSF oleh GIZ di Sengkol, BSF di Lingsar oleh FFI, dan pemanfaatan sampah menjadi RDF oleh PLTU.


Capaian yang bagus dari dua program unggulan yang dikawal oleh Ummi Rohmi di atas menunjukkan bahwa figur politisi perempuan yang dipercaya warga NTB untuk menjadi Wakil Gubernur menunjukkan kinerja baik dan serius. Prestasi ini menegasikan bahwa keberadaan politisi perempuan dalam pemerintahan (seperti menjadi Wakil Gubernur) tidak hanya menjadi etalase representasi jenis kelamin. Prestasi politik yang sama dengan Ummi Rohmi juga ditunjukkan oleh beberapa ”kartini-kartini” politisi perempuan lainnya di NTB, seperti Ibu Baiq Isvie Rupaeda yang sukses menjadi Ketua DPRD NTB, Ibu Hj. Dinda Dhamayanti Putri yang terpilih menjadi Bupati Bima sebanyak dua periode, Ibu Hj. Sumiatun yang berhasil menduduki jabatan Wakil Bupati Lombok Barat, dan Ibu Dewi Noviany yang memenangkan posisi Wakil Bupati Sumbawa. Fakta politik di atas menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap politisi perempuan untuk menjadi pemimpin menunjukkan tren peningkatan. Akan sangat mungkin kepercayaan itu akan terus menaik ke depannya bila para pemimpin perempuan yang sedang menjabat saat ini menunjukkan kinerja baik sebagaimana yang dibuktikan Ummi Rohmi dalam paroh waktu menjabat Wakil Gubernur NTB.


Secara personal, kinerja yang ditunjukkan Ummi Rohmi sebagai sebagai Wakil Gubernur dalam setengah perjalanan kepemimpinannya di NTB akan semakin meningkatkan nilai tawar elektoralnya. Perpaduan antara modal sosialnya sebagai zuriat pendiri NWDI, NBDI, dan NW (dengan dukungan jamaahnya yang banyak) dengan kompetensi personal dan kinerja baik yang diperlihatkan selama menjadi Wakil Gubernur diprediksi akan meningkatkan elektabilitasnya atau membuat posisi tawar politik Ummi Rohmi dalam kontestasi politik di NTB semakin tinggi. 


Elektabilitas dan nilai tawar politisi perempuan seperti Ummi Rohmi akan semakin tinggi bila para pemilih dari kaum ”kartini” bisa dikonsolidasi secara sistimatis dan maksimal, apalagi bila konsolidasi tersebut dilakukan secara kolektif dalam bentuk gerakan sosial membangun kesadaran politik perempuan sehingga kejayaan para politisi perempuan di pentas politik menjadi kenyataan yang tidak bisa dielakkan. Semoga.


Selamat Hari Kartini...

Senin, 05 April 2021

Tradisi Mulang Pekelem Dalam Perspektif Sosiologi

Oleh: Reza Wira Pratama 

(Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Universitas Mataram) 

email: rezawirapratama17@gmail.com



Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terkenal dengan beragam kekayaan alam, budaya, dan tempat-tempat wisata yang mampu menarik minat wisatawan dari berbagai penjuru dunia untuk berkunjung dan menikmati fanorama alam yang disuguhkan di dalamnya. Khususnya di kepulauan Lombok terdapat gunung yang sangat terkenal akan keindahannya yaitu gunung samalas yang kini berganti nama menjadi Gunung Rinjani. Gunung Rinjani ialah gunung yang memiliki ketinggian 3.726 MDPL dan memiliki sebuah anak gunung yang disebut dengan Gunung Anak Baru Jari, gunung ini juga termasuk dalam jajaran gunung unik, karena adanya danau di bawah kaldera Gunung Rinjani yang disebut dengan Danau Segara Anak yang begitu indah memanjakan setiap mata yang memandang. Gunung Rinjani tak melulu soal keindahan alam, di Gunung Rinjani juga biasa dilakukan suatu tradisi keagamaan yang disebut  “Mulang Pekelem”.


Sebuah ritual umat Hindu di Pulau Lombok untuk menjaga keharmonisan antara manusia dan alam yang dilakukan setiap lima tahun sekali dan tergolong upacara besar. Dipusatkan di Danau Segara Anak, Gunung Rinjani Lombok yang dipercaya sebagai tempat sakral, tempat berkumpulnya para dewa yang memberikan kehidupan dengan kekayaan alam berupa tumbuh-tumbuhan dan sumber air yang mengalirkan air kesebagian besar wilayah di Lombok. Upacara ini adalah refleksi dari konsep Tri Hita Karana. Konsep tersebut didasari untuk memberikan sebuah pengorbanan suci agar alam dibersihkan dari kekuatan jahat dan manusia bisa hidup dalam harmoni dengan alam di sekitarnya. Sejatinya, ritual mulang pekelem adalah perjalanan panjang yang akan melelahkan, menyita waktu, pikiran, dan tenaga luar biasa. Pasalnya, selama tiga hari mereka akan mendaki Gunung Rinjani untuk sampai di Danau Segara Anak, yang diyakini sebagai pusat spiritual di Tanah Sasak.


Berdasarkan tradisi mulang pekelem yang diadakan di Gunung Rinjani dapat dikaitkan dengan teori struktural fungsional dengan pendekatan teori AGIL (adaptation, goal attainment, integration, latent maintenance) oleh Talcott Parson (Sosiolog Kontemporer). Agar seluruh sistem dapat hidup dan berlangsung, maka terdapat fungsi atau kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi. Dua hal pokok dari kebutuhan itu ialah yang berhubungan dengan sistem internal atau kebutuhan ketika berhubungan dengan lingkungannya dan yang berhubungan dengan pencapaian sasaran atau tujuan, serta sarana yang perlu untuk mencapai tujuan. Begitu pula dengan prasyarat agar sistem dapat menjalankan fungsi dan mencapai tujuan terkait upacara mulang pekelem dapat dijabarkan sebagai berikut:

  1. Adaptation, umat Hindu yang melakukan perjalanan ke Gunung Rinjani untuk mengikuti upacara mulang pekelem harus dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan disana, mulai dari terbiasa dengan lingkungan dengan udara yang dingin, mampu beradaptasi dengan menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang dianggap memiliki daya magis yang tinggi dan tempat sakral, maka umat hindu yang melakukan perjalananan harus bisa bersikap dan berperilaku yang baik dan tidak aneh-aneh, artinya harus mampu menghargai dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang mereka tempati dan lewati pada saat melakukan perjalanan tersebut.
  2. Goal attainment, dalam melakukan perjalanan suci umat hindu ke Gunung Rinjani yang berpusat di danau segara anak memiliki tujuan yang tentu harus dicapai sesuai konsep dari goal attainment, dimana tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mengikuti upacara mulang pekelem dengan  memberikan sebuah pengorbanan suci agar alam dibersihkan dari kekuatan jahat dan manusia bisa hidup dalam harmoni dengan alam di sekitarnya, untuk mendapatkan keberkahan, dijauhkan dari bencana alam, dibersihkan hatinya.
  3. Integration, adanya koordinasi dan kesesuaian dari unsur-unsur dalam menjalankan peran dan fungsinya, dari kasus di atas dapat dikaitkan bahwa manusia dan alam merupakan merupakan satu kesatuan, sehingga manusia harus mampu menjaga, merawat, melestarikan alam, disamping tujuan utama dari manusia melakukan perjalanan ke alam untuk berwisata, agar alam juga dapat memberikan kebermanfaataan bagi kehidupan manusia, selain itu manusia juga sebagai salah satu unsur harus mampu memberikan pengorbanan kepada alam dengan memberikan seserahan dengan harapan agar alam menerima dan tidak menimbulkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti bencana alam, jadi pada intinya segala unsur-unsur tersebut harus mampu menjalankan peran dan fungsinya masing-masing agar tercipta keharmonisan alam dengan manusia sesuai dengan kepercayaan umat Hindu dalam upacara mulang pekelem.
  4. Latent maintenance, setiap unsur dalam system harus tercipta keseimbangan, dan dalam tradisi di atas antara manusia dan alam harus terjalin keseimbangan dengan manusia sebagai aktor penyeimbangnya, manusia harus mampu mempertahankan tradisi upacara mulang pekelem yang sudah ditetapkan sejak dahulu agar terciptanya keseimbangan, keharmonisan antara alam dengan manusia.


Sudah sepatutnuya sebagai manusia yang hidup berdampingan dengan alam harus tetap memperhatikan dan menjaga keseimbangan serta keharmonisan antar manusia yang menjalankan roda kehidupan dan alam yang menyediakan segala hal yang dibutuhkan manusia untuk hidup. Sebab apabila kita memperlakukan alam dengan baik, maka alam juga akan memperlakukan manusia dengan baik pula.

Senin, 29 Maret 2021

NW-NWDI, Ikhtiar Fastabiqul Khairat

OLEH: M NASHIB IKROMAN


"Seperlima abad anakku berpisah selama itu timbullah fitnah disana sini anakku berbantah sesama saudara di dalam nahdloh”. (Wasiat renungan masa TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Pendiri NWDI, NBDI, dan NW)



Panjang dan melelahkan, namun juga membahagiakan. Banyak yang terkejut, tiba-tiba muncul gambar pertemuan TGB HM Zainul Majdi dengan RTGB HM Lalu Gde Zainuddin Atsany, dengan narasi adanya kesepakatan bersama, menghentikan silang sengketa soal organisasi NW, yang didirikan almagfurullah maulanasyeikh TGKH M Zainuddin Abdul Madjid, 1 Maret 1953 di Pancor, Lombok Timur. 


Berdasar Akte Notaris Hendrix Alexander Malaga, notaris pembantu di Mataram Nomor 48 tanggal 29 Oktober 1956. Dan telah berbadan hukum dengan penetapan Menteri Kehakiman RI melalui surat No.J.A.5/105/5, tanggal 17 Oktober 1960 dan telah diumumkan dalam tambahan Berita negara RI No. 17, 8 November 1960 dalam bidang pendidikan, sosial dakwah serta perluasan perjuangan lainnya.


Muasal badan hukum NW pertama inilah yang kemudian diacu, dirujuk menjadi dasar sejarah bersama yang kemudian dituangkan dalam Kesepakatan Bersama. Buahnya secara administratif, menjadi dua entitas dengan akar dan pohon yang sama, masing-masing diakui dalam kesepakatan yang oleh Kapolda NTB, Danrem 162/WB diwakili salah satu pejabat Korem, Dirjen Administrasi Hukum Umum Kemenkumham, dan serta Gubernur NTB yang dalam pertemuan dihadiri Wakil Gubernur NTB Hj Sitti Rohmi Djalilah sebagai saksi atas kesepakatan bersama ini. 


Keduanya secara hukum saling mengakui legalitas dan keabsahan masing-masing dalam membangun, meningkatkan, mengasuh dan mengembangkan, kerjasama sebagai pengurus besar Ormas dalam mewujudkan cita-cita TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. Setara dan legal sebagai pewaris perjuangan.


Menjadi pokok adalah adanya kesepakatan bersama yang dikukuhkan Negara. Tonggak ini tidak pernah hadir, sebab sejak Muktamar NW X di Praya 1998, tidak ada kepastian hukum dalam hal posisi organisasi beserta pengurusnya. Keduanya (Pancor-Anjani), masing-masing memegang dokumen Negara, silih berganti menang dan kalah di Pengadilan, ketika babak berikutnya sudah mulai masuk ke ranah peradilan. Hampir 23 tahun berpisah jalan. 


Secara defacto, keduanya eksis, memiliki pengurus, anggota serta roda organisasi berjalan. Pimpinannya sama-sama memiliki garis yang sama, zurriyat Almagfurullah Maulanasyeikh TGKH M Zainuddin Abdul Madjid. Hukum administrasi kitapun tidak cukup mampu memandang atau menilai kondisi ini, jika mengelola persoalan Nahdlatul Wathan ini dalam kacamata dan langkah “bussines as usual”. 


Dalam konteks inilah kemudian negara hadir, pejabat berwenang menghadirkan diskresi, sehingga bisa menghadirkan kebijakan atau keputusan hukum yang diterima kedua belah pihak, tanpa harus saling mengalahkan antara satu dengan yang lain. Tetapi bisa tumbuh berkembang, kembali ke “raison d’etat” NW itu sendiri, yang pokok tujuannya “Iman-Takwa; Fil Khair-Fastabiqul Khairat.


Perlindungan hukum negara wajib hadir, apalagi negara juga sudah mengakui apa yang sudah dilakukan Almagfurullah Maulanasyeikh TGKH M Zainuddin Abdul Madjid, memberikan kontribusi besar sejak sebelum kemerdekaan Revoblik Indonesia hingga fase memajukan republik kita tercinta ini, sehingga ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.


Presiden Jokowi beserta seluruh unsur pemerintahannya sangat layak diberikan apresiasi yang sebesar-besarnya, termasuk seluruh pihak yang ikut berkontribusi, wujud hukum “NW-NWDI” per hari ini hadir.


NW-NWDI memiliki akar asal yang sama, tujuan yang sama, yang kemudian perhari ini final memiliki administrasi yang berbeda, kemudian masing-masing membatasi dan mengikat keperdataannya agar seiring sejalan.


“Alhamdulillah dengan niat baik, bisa selesai”. Itu kalimat TGB Dr HM Zainul Majdi. Pokoknya adalah adanya kepastian hukum negara dalam ber-fastabiqul khairat. 


Nahdlatul Wathan (NW) dan Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI), keduanya didirikan oleh pendiri yang sama. “NW” akan tetap merayakan Hultah NWDI dan “NWDI” akan tetap meneriakkan pokok NW Iman dan Takwa.

Hizib dan sholawat nahdlatain beserta wasiat renuangan masa, warisan pendiri tetap sama. 


Sungguh tidak ada alasan lagi untuk kita tidak satukan langkah dan arah, jika pisah administrasi masih membuat saling mendiskreditkan, tidak saling hargai dan hormati, maka justru telah menegasikan ruh perjuangan atas nilai-nilai para pendiri.


Manifestasi hari ini dilanjutkan perjuangannya oleh penerusnya. NW-NWDI bukanlah sesuatu yang berbeda, satu kesatuan, sejak dulu hanya berbeda secara administrasi saja. Ruh dari NW adalah NWDI itu sendiri, sebagai tonggak sejarah, sehingga pendiri NW-NWDI yang dirayakan adalah Hari Ulang Tahun (Hultah) NWDI.


Zurriyat Almagfurullah Maulanasyeikh TGKH M Zainuddin Abdul Madjid juga satu kesatuan, sehingga memandang dan mempositioning NW-NWDI dan zurriyatnya hari inipun haruspun juga setara. Dan negara telah bersikap demikian. “Adillah sejak dalam pikiran” kutipan sastrawan Pramoedya Ananta Toer.


Kemana arah dan posisi masing-masing kedepan, kita semua berdoa dan berharap. Dasar dan niatnya adalah fastabiqul khairat, maka keduanya akan saling mengisi seperti dua sisi keping mata uang yang sama, membumikan nilai-nilai perjuangan yang dirintis sang pendiri.

Tanpa perlu lagi ada “noise” yang selama ini mengisi ruang publik kita, ruang perjuangan kita. Wallahua’lam bissowab.

Selasa, 09 Maret 2021

Dilema Sistem Pembelajaran di Era New Normal

Oleh : Reza Wira Pratama 

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Universitas Mataram


STATUS
pandemi covid-19 sebentar lagi akan merayakan ulang tahun yang ke-1 setelah diresmikan oleh Badan Kesehatan Dunia WHO pada 12 Maret 2020. Virus yang banyak memberikan ancaman bagi masa depan umat dengan mengacaukan tatanan kehidupan manusia di bumi sampai detik ini masih menjadi momok yang menakutkan. Selain mengancam kesehatan manusia dengan penularan yang masif, namun mengguncang aspek perekenomian manusia. Lebih lanjut sistem pendidikan yang terdampak cukup signifikan yang mengubah sistem pembelajaran ‘tatap muka’ menjadi ‘belajar dari rumah’, bahkan sampai saat ini setelah sekenario new normal diberlakukan sistem pembelajaran masih bersifat dilema dan menemukan berbagai macam problematika. 


Pemerintah telah mengeluarkan Surat keputusan Bersama (SKB) 4 Kementerian terkait tentang penyelenggaraan proses belajar mengajar tahun ajaran 2020-2021 tanggal 15 Juni 2020. SKB ini ditunggu-tunggu oleh para pengelola pendidikan, karena menjadi landasan bagi perencanaan lebih lanjut dalam rangka menyiapkan tahun ajaran yang baru. SKB tersebut dalam penyusunannya mengacu pada prinsip dimana Kemendikbud dan kementerian terkait yang menempatkan kesehatan dan keselamatan peserta didik, tenaga kependidikan, keluarga mereka dan masyarakat pada prioritas utama.


Memasuki new normal, beberapa daerah menyambut rencana ini dengan beragam. Daerah-daerah yang kondisinya dinilai sudah hijau dengan persentase 6% murid menyatakan siap membuka kembali pembelajaran di sekolah. Sementara daerah yang masih terkategori kuning atau merah dengan persentase 94% murid, tegas menyatakan penundaan dan memilih opsi pembelajaran dari rumah atau daring. 


Keputusan bagi daerah hijau untuk menyelenggarakan pembelajaran tatap muka tersebut, harus seizin pemerintah daerah. Disamping itu, sekolah yang diizinkan adalah sekolah yang telah memenuhi check list persiapan pembelajaran tatap muka. Check list tersebut terdiri dari enam hal yakni:

Pertama, pada sekolah tersebut tersedia sanitasi dan kebersihan seperti toilet, dan sarana cuci tangan dengan air mengalir serta sabun dan ketersediaan disinfektan. Kedua, ada akses untuk menjangkau pelayanan kesehatan sekitar sekolah. Ketiga, murid, guru, dan semua karyawan pada sekolah tersebut wajib memakai masker. Keempat, tersedia termogun atau alat untuk mengukur suhu tubuh yang wajib digunakan tiap pagi untuk mengukur suhu tubuh murid, guru, dan semua karyawan. Kelima, wajib memiliki protokol kesehatan yang mengatur perlakuan terhadap murid, guru, karyawan, dan anggota keluarga mereka, jika berada dalam kondisi sakit. Diantaranya mengatur bahwa murid, guru, dan karyawan tersebut tidak diperkenankan masuk. Keenam, berdasarkan musyawarah dengan komite sekolah disepakati, sekolah boleh menyelenggarakan pembelajaran secara tatap muka.


Jika syarat-syarat itu tidak dipenuhi maka sekolah pada daerah hijau tersebut tidak diizinkan untuk melakukan proses belajar tatap muka. Bagi sekolah pada daerah hijau, yang telah memenuhi semua check list tersebut, kementerian pendidikan melakukan pemilahan kembali berdasarkan kemampuan menjalankan sosial distancing dan physical distancing.


Sistem pembelajaran tatap muka dengan memperhatikan protokol kesehatan di era new normal memang dalam beberapa bulan kebelakang ini sudah dijalankan oleh beberapa sekolah di daerah dengan wajib menjalankan proses shifting, Pada sistem shifthing ini, jumlah hari dan jumlah jam belajar ditentukan oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai dengan situasi dan kebutuhan sekolah untuk menghindari kontak sosial yang berlebihan dalam lingkungan sekolah serta dengan memperhatikan keenam check list di atas. 


Namun, masih banyak juga sekolah yang menunda sistem pembelajaran tatap muka dilakukan, Karena adanya ketakutan dari masyarakat dengan ancaman wabah gelombang kedua. Disamping itu, beberapa sekolah yang sudah melaksanakan sistem pembelajaran tatap muka dengan memperhatikan protokol kesehatan kini terpaksa diberhentikan kembali karena ditemukannya kasus positif di lingkungan sekolah tersebut. Tentu hal tersebut membahayakan semua pihak dan ketakutan yang terbesar yaitu menimbulkan klaster baru yaitu klaster sekolah. 


Melihat adanya ancaman klaster baru ketika tetap melakukan sistem pembelajaran tatap muka di era new normal, maka sistem pembelajaran full daring akan kembali dilakukan. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya sistem pembelajaran full daring menjadi tambahan beban tersendiri bagi orang tua, baik secara ekonomi maupun mental. Mereka yang terlanjur berpikir mendidik adalah kewajiban sekolah, tiba-tiba harus bertanggung jawab penuh terhadap sekolah anaknya. Adapun para siswa, bersekolah di tengah pandemi dengan sistem full daring menjadi penderitaan tersendiri bagi mereka, karena harus melahap begitu banyak target pembelajaran di rumah. Disamping itu juga banyak para siswa yang merasa bosan ketika belajar secara daring. Hasil survey menyebut, sebanyak 66 persen dari 60 juta siswa dari berbagai jenjang pendidikan di 34 provinsi mengaku tidak nyaman belajar di rumah selama pandemi Covid-19. Hal tersebut mengindikasikan bahwa jika pembelajaran full daring kembali dilakukan akan menyebabkan kurang maksimal dan kurang keefektifan sistem pembelajaran.


Permasalahan pembalajaran full daring jika kembali dilakukan tidak hanya sampai disitu, bagi pihak pendidik dan sekolah , situasi ini tidak serta merta meringankan beban mereka. Bahkan situasi ini membuat mereka harus berpikir keras, karena dukungan fasilitas sangat minim, termasuk kesiapan SDM dalam melakukan adaptasi terhadap sistem pembelajaran full daring yang bisa dikatakan masih banyak ditemukan tenaga pendidik yang gagap terhadap teknologi.


Pemerintah dalam hal ini harus gerak cepat, terukur, cerdas dalam mengambil dan menerapkan suatu kebijakan yang tentunya efektif dalam menentukan sistem pembelajaran di era new normal. Konsep pembelajaran new normal jika direaliasasikan dengan kebutuhan di masa pandemi lebih sesuai dengan metode Blended Learning. Menurut Koohang, blended learning is defined as a mix for traditional face to face instruction and e-learning. Pendapat tersebut senada dengan yang dikemukakan oleh Muhammad Noer, menjelaskan bahwa blended learning  adalah metode pembelajaran yang memadukan pertemuan tatap muka dengan materi online secara harmonis.


Blended learning memberikan dua metode yang sesuai dengan gagasan sistem pendidikan oleh Kemendikbud Nadiem Makariem di tengah pandemi ini. Di samping guru melakukan pembelajaran tatap muka di sekolah dengan menerapkan protkol kesehatan yang ketat untuk  menjelaskan materi kepada siswa, di samping itu juga agar tetap menjaga jarak aman, guru dapat memanfaatkan kecanggihan teknologi seperti aplikasi yang sedang tren untuk pengumpulan tugas atau penunjang media pembelajaran. Guru diminta harus kreatif dan inovatif dalam menyusun dan menetapkan media, metode, dan strategi pembelajaran yang akan diterapkan dalam sistem pembelajaran blended learning agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal dan efektif.


Dengan diberlakukannya sistem pembelajaran blended learning tersebut diharapkan mampu menjawab dilema sistem pembelajaran di era new normal ini. Tentu dalam pelaksanaannya harus adanya kerja sama dan sinkronisasi dari segala pihak seperti pemerintah, sekolah, siswa, dan orang tua agar tidak sekedar wacana saja, namun dapat diimplementasikan dengan sebaik-baiknya di era normal ini. 

Selamat Idul Fitri 1444 H


Selamat Idul Fitri 1444 H

 

Pendidikan

Hukum

Ekonomi